Agar dapat menjadi ekspresi dari kemuliaan-Nya yang sempurna, Tuhan menciptakan manusia sebagai citra-Allah. Itulah ciptaan tertinggi yang dapat dibuat Tuhan karena Dia tidak mungkin membuat ciptaan yang lebih baik dari citra-Nya sendiri. Sementara itu, dunia dan segala isinya diciptakan agar manusia sebagai citra-Allah dapat hidup di dalamnya demi kemuliaan Tuhan.
Dalam Kitab Kejadian tertulis demikian:
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. (Kej.2:15)
Manusia diciptakan untuk menjadi ekspresi kemuliaan Tuhan. Sedangkan bumi dan segala isinya diciptakan agar manusia dapat hidup di dalamnya demi kemuliaan Tuhan.
Dengan demikian manusia harus mengusahakan dan merawat alam dan lingkungan dengan baik demi kemuliaan Tuhan. Bukan bagi kepentingan manusia saja atau demi kelestarian alam itu sendiri. Jadi semboyan kita adalah “muliakan Tuhan”, bukan “selamatkan bumi”!
Dengan memahami ini, kita tahu bahwa peradaban manusia modern yang semakin meninggalkan Tuhan, bukanlah kehidupan di bumi yang dirancang Tuhan pada mulanya. Tidak perlu heran jika peradaban seperti itu hanya menimbulkan masalah demi masalah yang akhirnya terakumulasi menjadi krisis. Segala hal yang dipergunakan atau diperlakukan tidak sesuai tujuannya pasti akan bermasalah, jika tidak sekarang, pasti di kemudian hari.
Maka, semangat kepedulian manusia pada alam yang terbaik sekalipun tidak akan ada artinya selama manusia tidak peduli pada Tuhan!
Deo Gratias!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H