Bagi Tuhan keadaan tanpa ciptaan maupun ada ciptaan adalah sama baiknya, sebab Dia sudah cukup dengan diri-Nya sendiri. Tuhan tidak kekurangan apapun tanpa ciptaan dan Tuhan juga tidak mendapat nilai tambah apapun dengan adanya ciptaan. Tapi Dia telah memilih untuk mengadakan ciptaan karena Dia INGIN.., bukan BUTUH.., sekali lagi.. Dia INGIN mengekspresikan kemuliaan-Nya dalam ciptaan. Bersyukurlah kita karena Tuhan memilih untuk mengadakan ciptaan.
Sebagai Maha Pencipta, Tuhan tidak akan berhenti mencipta sampai Ia menghasilkan ciptaan yang sempurna. Itu sebabnya dalam Kitab Kejadian Tuhan tidak berhenti mencipta sebelum hari keenam. Itulah saat dimana Tuhan menciptakan manusia sebagai karya terbaik-Nya, yaitu sebagai citra-Allah. Dalam diri manusia inilah seluruh kemuliaan Tuhan menemukan ekspresi terbaiknya. Pada hari ketujuh, Tuhan berhenti mencipta dan Dia beristirahat untuk menikmati seluruh ciptaan yang telah menjadi ekspresi kemuliaan-Nya.
Sekarang kita tahu apa tujuan hidup kita yang sesungguhnya, yaitu kita hidup untuk menjadi ekspresi kemuliaan Tuhan. Dan hanya dengan menjadi ekspresi kemuliaan Tuhan itu juga kita memperoleh kebahagiaan yang sejati dimana seluruh keinginan dan kerinduan terdalam jiwa kita terpenuhi. Itu adalah tujuan hidup obyektif yang tertinggi dan universal yang mungkin ada. Silahkan cari dalam agama atau filsafat manapun, tidak akan anda temukan tujuan hidup manusia yang lebih baik dari ini....
Itu sebabnya kita diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dan sesama karena dengan mengasihi Tuhan dan sesama maka hidup kita menyatakan kemuliaan Tuhan.
Itu sebabnya Tuhan memanggil kita untuk menjadi kudus dan sempurna seperti Bapa di surga karena dengan menjadi kudus dan sempurna kita menjadi ekspresi kemuliaan-Nya yang sempurna juga. Itu sebabnya Tuhan menghendaki kita menguduskan hari sabat karena dengan menguduskan hari Sabat kita diingatkan kembali pada tujuan hidup kita sebagai ekspresi kemuliaan dan kekudusan Tuhan.
Dengan menyadari tujuan hidup kita sebagai ekspresi kemuliaan Tuhan, seluruh perintah dan hukum-hukum dalam Kitab Suci menjadi jelas dan masuk akal. Semuanya itu diberikan kepada kita bukan sebagai beban, melainkan agar hidup kita dapat kembali menjadi ekspresi kemuliaan Tuhan seperti pada mulanya manusia diciptakan dan kitapun dapat memperoleh kebahagiaan yang sempurna dalam hidup yang seperti itu.
Jika kita hidup menuruti hukum-hukum dan perintah-perintah Tuhan, jika kita mengasihi Dia dan mengasihi sesama kita, jika kita menjauhi dosa dan hidup dalam kekudusan, maka suatu saat jiwa kita memperoleh kepenuhan dan kita akan mencapai kebahagiaan sejati sehingga kita bisa berkata dengan segala kerendahan hati seperti Bunda Maria, "Jiwaku memuliakan Tuhan..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H