Lalu apa sebenarnya tujuan hidup kita?
Ada yang mengatakan bahwa tujuan hidup bukanlah sesuatu yang perlu kita temukan atau kita cari, tapi sesuatu yang harus kita definisikan sendiri. Dengan demikian setiap orang memiliki tujuan hidup yang khas.
Sayangnya itu hanya benar bagi orang atheis atau skeptik. Bagi mereka tidak ada yang berhak menentukan tujuan hidup selain diri mereka sendiri. Para atheis dan skeptik memang tidak mungkin memiliki tujuan hidup yang obyektif, tujuan hidup mereka sepenuhnya subyektif dan bisa berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kondisi dan kesadaran.
Seperti kompas yang berubah-ubah adalah kompas yang tidak bisa dipercaya, demikian juga tujuan hidup yang berubah-ubah: sangat rapuh dan tidak bisa dipercaya.
Akhirnya mereka akan jatuh pada nasib yang sama: sekalipun mereka mampu mencapai tujuan hidup subyektif dan relatif yang sudah mereka tetapkan, jiwa mereka tetap belum terpuaskan... selalu tersisa kekosongan....
Tujuan hidup yang bersifat subyektif dan relatif ini tentu saja tidak benar bagi mereka yang percaya pada Tuhan Sang Pencipta.
Lihatlah di sekeliling kita, tidak akan kita temukan satupun barang ciptaan manusia yang tidak memiliki fungsi atau tujuan. Semua barang-barang itu dibuat dengan tujuan tertentu.
Jika manusia tidak menciptakan sesuatu tanpa tujuan, mungkinkah Tuhan menciptakan segala sesuatu tanpa tujuan? Tidak masuk akal...
Semua yang diciptakan Tuhan pasti memiliki tujuan. Oleh karenanya manusia sebagai ciptaan-Nya yang terbaik pasti juga diciptakan dengan tujuan tertentu. Dan tujuan yang dirancang Tuhan bagi ciptaan terbaik-Nya pastilah tujuan yang terbaik yang mungkin ada serta berlaku untuk semua orang.
Dari situlah manusia mendapatkan tujuan hidupnya yang obyektif, absolut dan universal. Tujuan hidup yang ditetapkan oleh Tuhan Sang Pencipta ini akan memberikan kebahagiaan sejati manakala kita bisa mencapainya. Tidak akan ada kebahagiaan yang lebih dari itu, dan saat mendapatkannya jiwa kita akan terpuaskan seperti ikan yang menemukan air.
Lalu apakah tujuan hidup manusia yang obyektif, absolut dan universal ini?