Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 93-94

17 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:23 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan dengan Didimus

Setelah menyambut keluarganya dengan hangat di Kampung Tabonji, Josefa segera mencari temannya, Didimus. Mereka bertemu di tepi pantai yang tenang di sore hari, tempat yang sering mereka kunjungi untuk berdiskusi dan berbagi impian.

"Didimus!" seru Josefa saat melihat temannya duduk di bawah pohon bakau.

"Josefa, akhirnya kamu kembali," balas Didimus sambil tersenyum lebar. Mereka saling berpelukan dengan erat, merasakan kehangatan pertemuan kembali.

"Aku punya banyak cerita, Didimus. Perjalanan di Bogor begitu luar biasa. Aku belajar banyak tentang metode pertanian modern yang bisa kita terapkan di sini," Josefa mulai bercerita dengan antusias.

"Benarkah? Aku penasaran bagaimana kita bisa mengintegrasikan teknologi itu dengan cara-cara tradisional kita," ujar Didimus, duduk kembali sambil memandang laut.

Josefa duduk di sampingnya, menatap cakrawala. "Di Bogor, aku belajar tentang teknik-teknik pertanian yang ramah lingkungan dan cara meningkatkan hasil panen. Tapi yang paling penting, aku belajar bagaimana menghormati dan memadukan pengetahuan lokal dengan teknologi baru."

Didimus mengangguk setuju. "Itu sangat penting. Kita tidak boleh melupakan akar kita. Aku sendiri menghadapi banyak tantangan saat mencoba melestarikan lingkungan di sini. Beberapa warga masih skeptis tentang pentingnya menjaga alam."

"Tapi kita bisa buktikan, Didimus. Dengan hasil panen yang lebih baik dan lingkungan yang tetap terjaga, mereka akan melihat manfaatnya. Bagaimana upaya pelestarian lingkungan yang kamu lakukan?" tanya Josefa penuh perhatian.

"Sudah ada kemajuan, meskipun lambat. Aku bekerja sama dengan beberapa warga untuk membersihkan sungai dan menanam kembali pohon bakau yang hilang. Kita harus melindungi ekosistem ini agar tetap lestari," Didimus menjelaskan dengan semangat.

"Aku setuju. Kita harus berjuang bersama. Menggabungkan pengetahuan yang kita miliki dan menginspirasi warga untuk ikut serta," tambah Josefa.

"Betul. Aku selalu percaya bahwa kunci kesuksesan adalah kolaborasi. Dengan ilmu yang kamu bawa dan upaya kita bersama, kita bisa membuat perubahan besar di kampung ini," kata Didimus dengan penuh keyakinan.

Di antara obrolan mereka yang mendalam, terdengar suara gemercik air dan nyanyian burung-burung kecil yang bermain di antara cabang-cabang pohon. Suasana damai pantai Kimaam melengkapi keseluruhan percakapan mereka, menciptakan ruang untuk refleksi dan perenungan.

"Josefa, apa yang paling berkesan selama kamu di Bogor?" tanya Didimus, memecah keheningan.

"Banyak hal, Didimus. Tapi yang paling berkesan adalah ketika aku melihat hasil dari metode baru yang kami terapkan di lahan percobaan. Itu seperti melihat mimpi jadi kenyataan. Aku yakin kita bisa mencapai hal yang sama di sini," jawab Josefa dengan mata bersinar.

"Impian kita selalu besar, Josefa. Dan sekarang, kita punya alat untuk mewujudkannya. Mari kita bawa perubahan untuk Kampung Tabonji," Didimus merespon dengan semangat.

Pertemuan ini tidak hanya menguatkan hubungan persahabatan antara Josefa dan Didimus, tetapi juga memperdalam tekad mereka untuk bekerja bersama dalam menghadapi tantangan dan mencapai tujuan mereka untuk kemajuan komunitas. Mereka berdua merasa bahwa kombinasi antara pengetahuan modern dan nilai-nilai tradisional dapat membawa perubahan positif yang signifikan bagi masyarakat Marind Anim dan alam sekitarnya di Pulau Kimaam.

"Didimus, mari kita mulai. Bersama-sama kita pasti bisa," kata Josefa, mengulurkan tangan.

"Setuju. Bersama kita kuat," jawab Didimus, menyambut uluran tangan Josefa dengan mantap.

Diskusi dengan Warga

Setelah bertemu dengan keluarga dan Didimus, Josefa memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan para warga Kampung Tabonji untuk berdiskusi tentang visi dan rencananya mengembangkan pertanian di kampung halamannya.

Pertemuan digelar di balai pertemuan desa, tempat di mana suara deburan ombak di pantai dekatnya kadang-kadang terdengar samar-samar. Josefa berdiri di depan para tetua dan anggota masyarakat yang datang dari berbagai rumah panggung di sekitar kampung. Wajah-wajah mereka penuh dengan rasa penasaran dan harapan, siap mendengarkan apa yang Josefa ingin sampaikan.

Dengan penuh semangat dan keyakinan, Josefa menjelaskan perjalanannya dalam belajar di Bogor dan bagaimana dia ingin mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya untuk meningkatkan hasil pertanian di Kampung Tabonji.

"Kami telah belajar banyak di Bogor," kata Josefa, "metode pertanian modern yang digabungkan dengan tradisi lokal kita bisa menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dan efisien. Saya yakin kita bisa meningkatkan hasil panen tanpa merusak lingkungan."

Pak Leo, seorang petani senior, mengangkat tangan dan bertanya, "Bagaimana caranya kita bisa yakin bahwa teknologi ini cocok dengan tanah kita di sini, Josefa?"

Josefa tersenyum dan menjawab, "Saya mengerti kekhawatiran itu, Pak Leo. Setiap langkah yang kita ambil akan didasarkan pada uji coba dan pengamatan. Kita akan menyesuaikan teknologi ini agar sesuai dengan kondisi tanah dan iklim kita."

Didimus yang berdiri di sampingnya menambahkan, "Dan kita tidak akan melupakan kearifan lokal. Doa-doa dan ritual kita tetap akan menjadi bagian dari proses menanam dan panen."

Ibu Marta, yang biasanya pendiam, tiba-tiba angkat bicara, "Saya pernah dengar tentang pupuk organik. Apakah kita bisa memanfaatkannya dari sumber daya lokal kita?"

"Betul sekali, Ibu Marta," jawab Josefa, "Kita bisa menggunakan limbah organik dari dapur dan peternakan kita untuk membuat pupuk kompos. Ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tanah tanpa harus membeli pupuk kimia."

Percakapan berlangsung penuh antusiasme. Warga mulai memberikan masukan mereka, mengungkapkan kekhawatiran mereka, dan memberikan ide-ide tentang bagaimana teknologi modern dapat diintegrasikan dengan cara hidup tradisional mereka. Ada percakapan yang panjang tentang cara-cara untuk memperbaiki sistem irigasi, memanfaatkan pupuk organik dari sumber daya lokal, dan meningkatkan kualitas tanah tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya mereka.

Pak Herman, salah satu tetua desa, mengangguk-angguk mendengarkan. "Kalau begitu, kita harus bekerja sama. Setiap petani harus siap untuk belajar dan berbagi pengalaman."

Josefa mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh warga, mencatat ide-ide mereka, dan menghargai perspektif unik yang mereka bawa dari pengalaman hidup mereka masing-masing. Dia merasa terdorong untuk bekerja sama dengan komunitas untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan bersama sambil mempertahankan identitas budaya mereka yang kaya.

Pertemuan ini tidak hanya menjadi awal dari kemitraan yang kuat antara Josefa dan warga Kampung Tabonji dalam mengembangkan pertanian, tetapi juga menandai langkah awal menuju perubahan yang positif dan berkelanjutan bagi komunitas Marind Anim di Pulau Kimaam.

"Kita mulai dari sini," kata Josefa menutup pertemuan, "Bersama-sama, kita bisa membuat perubahan yang nyata dan berkelanjutan untuk Kampung Tabonji."

Warga desa serentak mengangguk setuju, dan tepuk tangan pun bergema di balai pertemuan desa, menandai semangat baru yang akan membawa mereka menuju masa depan yang lebih cerah.

(Bersambung)

Merauke, 17 Januari 2025

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun