Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Langit yang Hilang

29 November 2024   05:30 Diperbarui: 29 November 2024   06:12 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit biru itu kini telah sirna 

Lewotobi murka, memuntahkan derita 

Asap hitam menjulang, merobek angkasa 

Kehidupan berganti gelap, bagai malam tanpa cahaya 

Di lembah ingatan, aku duduk terpaku

Menggenggam kenangan masa lalu yang pilu 

Tawa saudara, hangat bersama

Kini hanya gema yang lenyap ditelan duka 

Rindu terpendam di antara debu

Mengendap dalam hati yang tak mampu berseru 

Saudara-saudariku berjalan menjauh

Mengungsi mencari terang di balik lembah runtuh 

Oh, Lewotobi, gunung yang agung

Mengapa murkamu begitu garang dan murung? 

Bukankah tanah ini ladang harapan 

Kini menjadi neraka yang mencekam kehidupan? 

Langit hitam membawa pesan pahit 

Bahwa hidup tak selamanya bersahabat 

Setiap kegelapan mengintai di ujung hari 

Mengajarkan kita untuk berjaga, meski dalam mimpi 

Saudaraku, di mana kalian sekarang? 

Di bawah atap baru, atau di jalan panjang? 

Doa-doaku menjangkau kegelapan ini

Semoga cahaya menyambut langkah kalian nanti 

Lewotobi, engkau bagai jiwa yang terluka 

Namun dari abu dan puing, tumbuhlah asa 

Kami akan kembali membangun mimpi 

Menghiasi langit dengan cinta sejati 

Wahai dunia, dengarkanlah balada ini 

Bahwa setiap tantangan membawa arti 

Kehilangan mengajarkan kekuatan abadi 

Dan kegelapan, hanya jeda menuju terang yang sejati

Merauke, 29 November 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun