Setiap kali dia merasa lelah atau frustrasi dengan tugas kuliah yang menumpuk, dia akan memejamkan mata sejenak dan membayangkan dirinya kembali di Kampung Tabonji. Pikiran-pikiran tentang tanaman Dambu yang tumbuh subur, serta wajah-wajah ramah tetangga-tetangganya, memberinya kekuatan baru untuk terus maju dan mengejar impian-impiannya.
"Jose, kita bisa mengunjungi kampungmu suatu hari nanti. Aku ingin melihat langsung tanaman Dambu yang kamu ceritakan," ajak Teguh dengan antusias.
Namun, rasa rindu ini juga menghadirkan tantangan tersendiri baginya. Josefa harus belajar bagaimana mengintegrasikan kerinduannya terhadap kampung halaman dengan kenyataan kehidupan barunya di kota. Dia belajar bahwa meskipun jauh dari kampung, dia tetap bisa menjaga hubungan dengan keluarga dan kampung halamannya melalui panggilan telepon dan pesan singkat.
"Hari ini aku video call dengan ibuku, Teguh. Rasanya lega sekali bisa bercerita langsung," kata Josefa pada Teguh.
Hal ini membantu Josefa merasa lebih terhubung dengan akar budayanya dan memberinya kekuatan tambahan dalam perjuangannya di IPB. Rasa rindu Josefa terhadap kampung halamannya tidak hanya membangkitkan kenangan yang indah, tetapi juga menguatkan tekadnya untuk terus maju dalam mengejar cita-citanya.
"Jose, kamu punya rencana apa setelah lulus nanti?" Teguh menanyakan pada suatu sore.
Josefa tersenyum mantap. "Aku ingin kembali ke kampung dan menerapkan semua yang aku pelajari di sini. Membantu masyarakat kami dengan cara yang baru."
Dia yakin bahwa dengan memadukan pengetahuan yang didapat di IPB dengan nilai-nilai dan kearifan lokal dari kampung halamannya, dia dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat Papua dan melestarikan warisan budayanya untuk generasi mendatang.
(Bersambung)
Merauke, 17 November 2024
Agustinus Gereda