Tidak hanya itu, lingkungan kampus yang besar dan banyaknya kegiatan membuatnya merasa terkadang tersesat di antara mahasiswa lain yang tampak lebih berpengalaman dan siap menghadapi semua itu.
"Kamu tidak sendiri, Jose. Kita bisa lalui ini bersama-sama," kata Teguh menguatkan Josefa dalam diskusi kelompok.
Namun, tekadnya untuk belajar dan memberikan yang terbaik tidak pernah padam. Josefa rajin memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca lebih banyak buku, mencari materi tambahan, dan berdiskusi dengan dosen serta sesama mahasiswa untuk memahami lebih dalam setiap pelajaran.
"Kuliah hari ini menarik banget, Ma. Saya banyak belajar," cerita Josefa pada ibunya lewat telepon.
Selain aspek akademis, Josefa juga menghadapi kesulitan sosial dan adaptasi.
"Berbeda banget budayanya, Ma. Tapi saya berusaha terbuka," ungkap Josefa kepada ibunya.
Meskipun dia berusaha menjalin hubungan baik dengan teman-teman seangkatannya, tidak dapat dipungkiri bahwa ada perbedaan budaya dan latar belakang yang membuatnya kadang merasa tertutup.
"Tetap semangat, Nak. Kamu pasti bisa mengatasi semuanya," ucap ibunya memberi semangat.
Di tengah-tengah semua kesulitan ini, Josefa tidak pernah kehilangan fokusnya. Dia terus mengingat tujuannya untuk mempelajari ilmu pertanian modern dan menggabungkannya dengan kearifan lokal dari kampung halamannya.
"Saya yakin ini semua akan membawa manfaat besar untuk kampung," pikir Josefa dalam hati.
Kesulitan awal ini, meskipun berat, menjadi batu loncatan bagi Josefa untuk tumbuh dan berkembang sebagai seorang mahasiswa dan individu.