Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Membaca dan menulis, kesukaanku. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kunjungan Paus Fransiskus di Asia Tenggara dan Pasifik: Menyemai Benih Perdamaian

14 September 2024   06:05 Diperbarui: 14 September 2024   06:25 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tema yang paling menonjol dalam pesan pastoral Paus Fransiskus selama kunjungannya adalah kesederhanaan dan pelayanan. Paus menekankan pentingnya Gereja sebagai tempat pelayanan yang rendah hati bagi masyarakat, terutama bagi kaum miskin dan tertindas. Hal ini sejalan dengan ajaran Gereja Katolik yang terdapat dalam Deus Caritas Est (Benediktus XVI, 2005), yang menekankan kasih dan pelayanan terhadap yang paling lemah sebagai panggilan tertinggi Gereja.

Kesederhanaan yang dipraktikkan oleh Paus Fransiskus menginspirasi umat Katolik di wilayah-wilayah ini. Dalam kunjungannya, ia sering menunjukkan pentingnya melayani dengan rendah hati, dan bagaimana Gereja dipanggil untuk menjadi "Gereja yang miskin bagi kaum miskin," sebuah konsep yang ia kembangkan dalam Evangelii Gaudium (2013:198). Bagi umat di Timor Leste dan Papua New Guinea, pesan ini sangat relevan, karena banyak dari mereka hidup dalam kondisi sederhana dan bergantung pada dukungan Gereja dalam kehidupan sehari-hari.

Gereja Katolik di Timor Leste menghadapi tantangan yang cukup besar, terutama di bidang kemiskinan dan pendidikan. Sebagai salah satu negara termiskin di Asia, Timor Leste masih berjuang untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Gereja, yang memiliki pengaruh besar di negara ini, memainkan peran utama dalam membangun sekolah-sekolah dan mendidik generasi muda.

Salah satu aspek penting yang dibahas oleh Paus selama kunjungannya adalah peran Gereja dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pendidikan. Dalam Laudato Si' (2015:210) Paus menekankan bahwa "pendidikan ekologi dan sosial" sangat penting untuk memajukan kehidupan yang berkelanjutan dan adil. Di Timor Leste, pesan ini menginspirasi Gereja untuk terus bergerak ke arah penyediaan pendidikan yang holistik, tidak hanya untuk peningkatan akademis, tetapi juga pembangunan moral.

Paus Fransiskus dan Isu Lingkungan

Selama kunjungannya ke Singapura, Paus Fransiskus menekankan pentingnya menjaga lingkungan dan menghadapi tantangan perubahan iklim. Singapura, yang dikenal sebagai salah satu negara dengan komitmen kuat terhadap keberlanjutan, menjadi tempat yang ideal bagi Paus untuk menyoroti perlunya solidaritas global dalam menjaga alam. Dalam berbagai pertemuan, Paus menegaskan bahwa masalah lingkungan bukan hanya isu ilmiah atau ekonomi, melainkan masalah moral dan spiritual.

Paus Fransiskus sering berbicara tentang 'tanggung jawab kolektif' untuk bumi, mengingatkan bahwa semua orang, terlepas dari agama atau latar belakang, memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Paus menekankan pentingnya aksi nyata, dan Singapura, dengan kebijakan-kebijakan inovatifnya dalam hal keberlanjutan, adalah contoh bagi dunia internasional. Ini sejalan dengan semangat ensiklik Laudato Si' (2015:13), yang menyebut bumi sebagai 'rumah kita bersama' yang harus dirawat oleh seluruh umat manusia.

Laudato Si' (2015) adalah salah satu ajaran terpenting dari Paus Fransiskus mengenai lingkungan hidup. Ia menyerukan perlunya dialog lintas agama untuk menghadapi tantangan lingkungan global. Selama kunjungannya ke Singapura, Paus mengadakan dialog antaragama yang melibatkan pemimpin lokal dari berbagai agama. Ia menekankan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab umat Katolik, melainkan tugas semua agama untuk menjaga ciptaan Tuhan.

Dalam Laudato Si' (2015:201), Paus menyatakan, "Semua agama memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memperhatikan alam,"  dan selama kunjungan ini, ia mengajak semua pihak, termasuk masyarakat agama lain, untuk bekerja bersama dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Singapura, sebagai negara yang multikultural dan maju dalam isu keberlanjutan, menjadi tempat yang tepat untuk mendiskusikan bagaimana komunitas agama dapat berkolaborasi dalam menghadapi masalah lingkungan secara bersama-sama.

Dialog antaragama yang dilakukan di Singapura menggarisbawahi prinsip koeksistensi yang harmonis, dengan menempatkan isu lingkungan sebagai salah satu agenda utama. Pesan Paus Fransiskus ini menyentuh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali, bahwa merawat bumi adalah bagian integral dari tugas iman. Kolaborasi lintas agama dalam menjaga bumi merupakan cerminan konkret dari ajaran Gereja Katolik yang terdapat dalam Laudato Si'.

Makna Kunjungan bagi Umat Katolik dan Dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun