Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Membaca dan menulis, kesukaanku. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kunjungan Paus Fransiskus di Asia Tenggara dan Pasifik: Menyemai Benih Perdamaian

14 September 2024   06:05 Diperbarui: 14 September 2024   06:25 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Asia Tenggara dan Pasifik, mencakup Indonesia, Papua New Guinea, Timor Leste, dan Singapura, merupakan salah satu perjalanan paling bersejarah dalam masa kepausannya. Dalam perjalanannya, Paus ke-266 ini menekankan pentingnya dialog antaragama dan perdamaian. Perjalanan ini juga memperlihatkan perhatiannya terhadap solidaritas global, khususnya dalam menghadapi isu-isu lingkungan dan kemiskinan yang memengaruhi wilayah ini.  Kunjungan Paus Fransiskus bertujuan memperkuat hubungan antaragama serta mempererat solidaritas antara komunitas-komunitas yang berbeda, seraya menyoroti pentingnya perdamaian dan kerja sama lintas agama dalam menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim dan ketidakadilan sosial. Pesannya ini memiliki relevansi yang kuat, tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi masyarakat luas di Asia Tenggara dan Pasifik, yang kaya akan keberagaman budaya dan agama.  Dalam konteks global, kunjungan ini memperkuat peran Gereja Katolik sebagai pelaku diplomasi moral, sementara di tingkat lokal, ini memberi dorongan spiritual bagi umat Katolik dan menginspirasi upaya bersama dalam membangun kehidupan yang harmonis antaragama.

Pentingnya Dialog Antaragama

Kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal, simbol kerukunan antarumat beragama di Indonesia, menegaskan komitmennya terhadap dialog dan kerja sama antaragama. Ini bukan pertama kalinya seorang Paus mengunjungi masjid besar di negara dengan mayoritas Muslim. Paus Yohanes Paulus II tahun 1986 juga melakukan kunjungan serupa ke sebuah masjid di Maroko. Tindakan ini menunjukkan bahwa hubungan harmonis antara umat beragama bukan hanya sebuah wacana teologis, melainkan harus diwujudkan melalui aksi nyata.

Dalam ajaran Gereja Katolik, khususnya dalam Nostra Aetate (1965:2), dikatakan bahwa "Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama ini," dan mendorong umat Katolik untuk berdialog dengan "hormat dan cinta" kepada umat agama lain. Paus Fransiskus menerapkan ajaran ini dalam praktik nyata melalui kunjungannya ke Masjid Istiqlal, sebagai simbol perdamaian dan penghormatan terhadap keyakinan yang berbeda.

Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, menghadirkan konteks yang sangat istimewa dalam hubungan Muslim-Katolik. Kunjungan Paus ke masjid terbesar di Asia Tenggara bukan hanya memberikan pesan perdamaian bagi umat Katolik, melainkan menginspirasi umat Muslim di Indonesia untuk melihat Gereja Katolik sebagai mitra dalam menjaga persatuan dan keberagaman. Pesan ini sangat relevan dalam masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisi, namun kadang dirundung ketegangan agama.

Seperti yang dijelaskan dalam Evangelii Gaudium (2013:250), "Dialog dan persahabatan dengan para pengikut agama-agama lain adalah bagian dari misi Gereja." Kunjungan ini menggarisbawahi peran penting Gereja Katolik dalam membangun jembatan antaragama, terutama di kawasan yang keberagaman agamanya sangat signifikan. Ini juga mengirimkan pesan global bahwa kerja sama dan dialog antaragama adalah kunci untuk mengatasi perpecahan yang sering muncul karena perbedaan keyakinan.

Kehidupan di masyarakat majemuk seperti Indonesia membutuhkan semangat koeksistensi damai di antara semua agama dan budaya. Paus Fransiskus telah menekankan bahwa dialog antaragama bukanlah pilihan, melainkan keharusan moral di dunia yang semakin terfragmentasi. Dalam Fratelli Tutti (2020 :3), ia mengingatkan bahwa, "Kita dipanggil untuk menjadi saudara bagi orang lain tanpa memandang asal, warna kulit, atau agama mereka." Ini adalah ajakan untuk hidup bersama dalam harmoni, sehingga perbedaan menjadi sumber kekuatan, bukan perpecahan.

Kunjungan ke Masjid Istiqlal merupakan simbol bahwa agama dapat menjadi jembatan untuk membangun masyarakat yang adil dan damai. Bagi dunia internasional, hal ini memperlihatkan bahwa Indonesia, dengan segala keberagamannya, dapat menjadi contoh bagaimana koeksistensi damai di masyarakat pluralis bisa diwujudkan melalui dialog dan saling menghormati antarumat beragama.

Penguatan Gereja dan Komunitas Katolik

Kunjungan Paus Fransiskus ke Timor Leste dan Papua New Guinea menggarisbawahi dukungan Vatikan terhadap Gereja Katolik di dua negara mayoritas Katolik di Asia Tenggara dan Pasifik. Bagi umat Katolik di Timor Leste, Paus Fransiskus membawa pesan penguatan spiritual dan moral. Sejak merdeka tahun 2002, Gereja Katolik di Timor Leste memainkan peran sentral dalam pembangunan negara, baik dari segi pendidikan maupun advokasi hak-hak rakyat.

Demikian pula, di Papua New Guinea, kunjungan apostolik Paus mencerminkan dukungan berkelanjutan Gereja terhadap komunitas Katolik yang ada di tengah masyarakat yang pluralistik. Gereja di sini menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang membutuhkan, dengan pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan, dan pendampingan sosial. Sebagaimana dikatakan dalam Evangelii Gaudium (2013:1), Gereja "terus-menerus dalam perjalanan, mencari jalan baru untuk mencapai orang-orang di segala penjuru."

Salah satu tema yang paling menonjol dalam pesan pastoral Paus Fransiskus selama kunjungannya adalah kesederhanaan dan pelayanan. Paus menekankan pentingnya Gereja sebagai tempat pelayanan yang rendah hati bagi masyarakat, terutama bagi kaum miskin dan tertindas. Hal ini sejalan dengan ajaran Gereja Katolik yang terdapat dalam Deus Caritas Est (Benediktus XVI, 2005), yang menekankan kasih dan pelayanan terhadap yang paling lemah sebagai panggilan tertinggi Gereja.

Kesederhanaan yang dipraktikkan oleh Paus Fransiskus menginspirasi umat Katolik di wilayah-wilayah ini. Dalam kunjungannya, ia sering menunjukkan pentingnya melayani dengan rendah hati, dan bagaimana Gereja dipanggil untuk menjadi "Gereja yang miskin bagi kaum miskin," sebuah konsep yang ia kembangkan dalam Evangelii Gaudium (2013:198). Bagi umat di Timor Leste dan Papua New Guinea, pesan ini sangat relevan, karena banyak dari mereka hidup dalam kondisi sederhana dan bergantung pada dukungan Gereja dalam kehidupan sehari-hari.

Gereja Katolik di Timor Leste menghadapi tantangan yang cukup besar, terutama di bidang kemiskinan dan pendidikan. Sebagai salah satu negara termiskin di Asia, Timor Leste masih berjuang untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Gereja, yang memiliki pengaruh besar di negara ini, memainkan peran utama dalam membangun sekolah-sekolah dan mendidik generasi muda.

Salah satu aspek penting yang dibahas oleh Paus selama kunjungannya adalah peran Gereja dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pendidikan. Dalam Laudato Si' (2015:210) Paus menekankan bahwa "pendidikan ekologi dan sosial" sangat penting untuk memajukan kehidupan yang berkelanjutan dan adil. Di Timor Leste, pesan ini menginspirasi Gereja untuk terus bergerak ke arah penyediaan pendidikan yang holistik, tidak hanya untuk peningkatan akademis, tetapi juga pembangunan moral.

Paus Fransiskus dan Isu Lingkungan

Selama kunjungannya ke Singapura, Paus Fransiskus menekankan pentingnya menjaga lingkungan dan menghadapi tantangan perubahan iklim. Singapura, yang dikenal sebagai salah satu negara dengan komitmen kuat terhadap keberlanjutan, menjadi tempat yang ideal bagi Paus untuk menyoroti perlunya solidaritas global dalam menjaga alam. Dalam berbagai pertemuan, Paus menegaskan bahwa masalah lingkungan bukan hanya isu ilmiah atau ekonomi, melainkan masalah moral dan spiritual.

Paus Fransiskus sering berbicara tentang 'tanggung jawab kolektif' untuk bumi, mengingatkan bahwa semua orang, terlepas dari agama atau latar belakang, memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Paus menekankan pentingnya aksi nyata, dan Singapura, dengan kebijakan-kebijakan inovatifnya dalam hal keberlanjutan, adalah contoh bagi dunia internasional. Ini sejalan dengan semangat ensiklik Laudato Si' (2015:13), yang menyebut bumi sebagai 'rumah kita bersama' yang harus dirawat oleh seluruh umat manusia.

Laudato Si' (2015) adalah salah satu ajaran terpenting dari Paus Fransiskus mengenai lingkungan hidup. Ia menyerukan perlunya dialog lintas agama untuk menghadapi tantangan lingkungan global. Selama kunjungannya ke Singapura, Paus mengadakan dialog antaragama yang melibatkan pemimpin lokal dari berbagai agama. Ia menekankan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab umat Katolik, melainkan tugas semua agama untuk menjaga ciptaan Tuhan.

Dalam Laudato Si' (2015:201), Paus menyatakan, "Semua agama memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memperhatikan alam,"  dan selama kunjungan ini, ia mengajak semua pihak, termasuk masyarakat agama lain, untuk bekerja bersama dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Singapura, sebagai negara yang multikultural dan maju dalam isu keberlanjutan, menjadi tempat yang tepat untuk mendiskusikan bagaimana komunitas agama dapat berkolaborasi dalam menghadapi masalah lingkungan secara bersama-sama.

Dialog antaragama yang dilakukan di Singapura menggarisbawahi prinsip koeksistensi yang harmonis, dengan menempatkan isu lingkungan sebagai salah satu agenda utama. Pesan Paus Fransiskus ini menyentuh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali, bahwa merawat bumi adalah bagian integral dari tugas iman. Kolaborasi lintas agama dalam menjaga bumi merupakan cerminan konkret dari ajaran Gereja Katolik yang terdapat dalam Laudato Si'.

Makna Kunjungan bagi Umat Katolik dan Dunia

Kunjungan Paus Fransiskus ke Asia Tenggara dan Pasifik memberikan dampak mendalam bagi umat Katolik, baik secara spiritual maupun sosial. Secara spiritual, kunjungan ini memberikan penguatan bagi iman Katolik di wilayah yang beragam agama dan budaya. Paus Fransiskus, dengan pesan-pesannya tentang kasih, kesederhanaan, dan pelayanan, mengingatkan umat Katolik untuk berperan aktif dalam mempromosikan perdamaian, keadilan sosial, dan perlindungan terhadap kaum lemah.

Sebagai pemimpin rohani Gereja Katolik, Paus Fransiskus sering menekankan pentingnya menghidupi Injil dengan tindakan nyata. Dalam ensiklik Evangelii Gaudium (2013:24), ia menyerukan umat Katolik untuk keluar dari zona nyaman dan terlibat lebih aktif dalam upaya mempromosikan perdamaian dan keadilan: "Janganlah kita hanya menjadi umat yang mendengarkan, tetapi juga berbuat." Dengan demikian, kunjungan ini memperkuat panggilan umat untuk berperan aktif di masyarakat, terutama dalam mempromosikan dialog dan kerja sama lintas agama.

Selain itu, kunjungan Paus membawa pesan keadilan sosial yang kuat. Di berbagai kesempatan, ia mengajak umat Katolik untuk terlibat dalam upaya melawan ketidakadilan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan. Ajaran ini selaras dengan Laudato Si' (2015:139), yang menekankan bahwa keadilan sosial tidak dapat dipisahkan dari perlindungan lingkungan, karena dampak perubahan iklim paling dirasakan oleh masyarakat miskin dan rentan.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Singapura, Timor Leste, dan Papua New Guinea juga memiliki makna penting dalam hubungan antaragama dan diplomasi global. Ia adalah pemimpin yang sangat dihormati di dunia internasional karena konsistensinya dalam mempromosikan dialog lintas agama. Dalam kunjungannya ke Asia Tenggara, ia berkomitmen untuk memperkuat hubungan antaragama dan menciptakan fondasi bagi perdamaian berkelanjutan di kawasan ini.

Sejalan dengan semangat Nostra Aetate (Vatikan II, 1965), yang menegaskan pentingnya menghormati agama lain dan membangun dialog, kunjungan Paus mencerminkan ajakan untuk bekerja sama melampaui perbedaan agama demi kebaikan bersama. Dalam Fratelli Tutti (2020:8), Paus menegaskan bahwa perdamaian dunia hanya mungkin tercapai melalui 'persaudaraan universal' yang mengatasi sekat-sekat agama dan budaya. Pesan ini sangat relevan dalam konteks Asia Tenggara yang multikultural dan multireligius, sehingga kerja sama antaragama sangat penting untuk menjaga stabilitas sosial dan diplomasi.

Kunjungan Paus Fransiskus juga membawa dampak positif pada diplomasi global. Sebagai kepala negara Vatikan dan pemimpin Gereja Katolik yang beranggotakan miliaran orang, setiap kunjungan Paus memiliki dampak diplomatik. Dialog Paus dengan para pemimpin politik dan agama di kawasan ini berperan memperkuat hubungan bilateral dan multilateral, serta membuka peluang kerja sama dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, perdamaian, dan hak asasi manusia.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Asia Tenggara dan Pasifik bukan hanya sebuah perjalanan apostolik, melainkan sebuah pesan yang mendalam tentang pentingnya dialog antaragama, perdamaian, dan tanggung jawab global terhadap isu sosial dan lingkungan. Di setiap negara yang dikunjungi, Paus pertama dari Argentina ini menyemai benih solidaritas dan kerja sama lintas agama, menginspirasi umat Katolik dan seluruh masyarakat untuk terlibat dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan damai. Melalui pesan-pesannya tentang cinta kasih, pelayanan, dan penghormatan terhadap ciptaan Tuhan, Paus Fransiskus mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia. (*)

Merauke, 14 September 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun