"Maafkan aku," bisik Aleksius, suara itu tertahan oleh emosi yang memuncak. "Aku telah membuat kalian menderita."
Mama Maria menggeleng pelan. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Nak. Kau telah menemukan jalanmu. Itu yang terpenting."
Dengan hati yang penuh penyesalan namun juga penuh harapan, Aleksius tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang baru. Ia mungkin telah tersesat di masa lalu, namun kini ia telah kembali ke jalan yang benar. Jalan yang akan ia tempuh bersama rakyatnya, untuk mencapai kemerdekaan yang sejati---kemerdekaan yang bukan hanya terbebas dari penjajah, tetapi juga kemerdekaan yang lahir dari dalam hati yang bersih dan penuh cinta untuk tanah airnya.
Dan di bawah langit Papua yang kembali biru, Aleksius dan penduduk desa Wamena berjalan menuju masa depan yang baru, dengan langkah-langkah yang dipandu oleh semangat kebebasan dan cinta yang tak tergoyahkan.
Mereka tahu, jalan di depan masih panjang dan penuh tantangan, namun mereka juga tahu bahwa bersama, mereka akan mampu melewatinya. Dan dalam hati Aleksius, ia telah menemukan jawaban atas dilema yang selama ini menghantuinya. Ia telah memilih jalan yang benar, dan untuk itu, ia tidak akan pernah kembali. (*)
Merauke, 18 Agustus 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H