Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca untuk Menulis, Menulis untuk Membaca

15 Agustus 2024   09:52 Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mendapatkan inspirasi, penulis mulai menulis draf pertama. Dalam tahap ini, ia mungkin kembali ke teks yang telah dibaca untuk memperkuat argumen, mengembangkan karakter, atau menyusun alur cerita. Setelah draf pertama selesai, penulis mengundang umpan balik dari pembaca atau editor, yang pada gilirannya memerlukan penulis untuk membaca ulang dan merevisi karyanya.

Proses ini berulang kali dilakukan sampai penulis merasa puas dengan karyanya. Di setiap langkah, membaca dan menulis saling berinteraksi, memperkaya dan memperkuat satu sama lain, menghasilkan karya yang lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam.

Implikasi bagi Pendidikan

Pendidikan memainkan peran krusial dalam membentuk kemampuan literasi siswa, sehingga membaca dan menulis adalah dua keterampilan dasar yang saling melengkapi dan harus diajarkan secara terintegrasi. Implikasi ini tidak hanya berfokus pada peningkatan keterampilan individual tetapi juga pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang lebih luas.

Pentingnya integrasi membaca dan menulis: Ketika diajarkan secara terpisah, manfaat maksimal dari keterkaitan alami antara membaca dan menulis mungkin tidak sepenuhnya diperoleh. Pembelajaran yang terintegrasi memungkinkan siswa melihat bagaimana membaca membantu menulis dan sebaliknya, yang pada akhirnya memperkuat pemahaman mereka dan keterampilan komunikasi. 

Menurut Lucy Calkins (2001), dalam The Art of Teaching Reading, membaca dan menulis pada dasarnya saling berhubungan. Mengajarkan kedua keterampilan ini secara bersamaan memungkinkan siswa memahami hubungan timbal balik keduanya, yang mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan keterampilan komunikasi yang lebih efektif.  Integrasi ini juga mempersiapkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup yang mampu menganalisis informasi secara kritis, serta mengekspresikan pemikirannya secara jelas dan terstruktur.

Strategi pembelajaran: Salah satu strategi untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa secara terintegrasi adalah pendekatan Reader-Response, yaitu siswa diminta untuk menulis tanggapan terhadap apa yang dibaca. Tanggapan ini dapat berupa analisis, refleksi, atau interpretasi pribadi, yang membantu siswa menghubungkan teks dengan pengalaman atau pengetahuannya sendiri.

 Menurut Nancie Atwell (2015), dalam In the Middle: New Understandings About Writing, Reading, and Learning, dengan menanggapi teks secara tertulis, siswa terlibat dengan materi pada tingkat yang lebih dalam. Praktik ini tidak hanya meningkatkan pemahaman bacaan, tetapi juga membantunya mengembangkan suara dan perspektif yang lebih kuat dalam tulisannya.  Selain itu, penggunaan jurnal pembelajaran ketika siswa menulis secara rutin tentang apa yang dibaca, serta melakukan kegiatan peer review untuk tulisannya, dapat meningkatkan keterampilan literasi secara kolaboratif dan reflektif.

Beberapa program literasi yang sukses telah menggabungkan membaca dan menulis dalam kurikulumnya. Salah satunya adalah The Writers Workshop, yang dipelopori oleh Lucy Calkins di Teachers College, Columbia University. Program ini menggabungkan pengajaran membaca dan menulis melalui pendekatan yang berpusat pada siswa. Mereka diberikan kebebasan untuk memilih teks yang dibaca dan topik yang ditulis. 

Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan literasi siswa, tetapi juga memupuk minat membaca dan menulis sebagai bagian dari kehidupan mereka. Donald Graves (2003), dalam Writing: Teachers and Children at Work, juga mempromosikan pentingnya integrasi ini. Program lain adalah Reading Recovery, yang awalnya dikembangkan di Selandia Baru dan sekarang digunakan di banyak negara. Program ini menekankan pentingnya membaca sebagai dasar untuk menulis, dengan fokus pada intervensi dini bagi siswa yang kesulitan belajar membaca dan menulis.

Pembahasan dalam artikel ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca dan menulis saling melengkapi dalam siklus literasi yang berkelanjutan. Membaca memperkaya kosakata dan pemahaman struktur kalimat, sedangkan menulis memperdalam pengertian teks, mengasah berpikir kritis, dan meningkatkan konsentrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun