Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca untuk Menulis, Menulis untuk Membaca

15 Agustus 2024   09:52 Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Literasi adalah fondasi penting dalam kehidupan sehari-hari, mencakup keterampilan membaca dan menulis yang saling terkait. Membaca memperkaya kosakata dan meningkatkan pemahaman, sementara menulis mendorong individu untuk membaca lebih banyak guna memperbaiki kualitas tulisan. 

Di era informasi yang berkembang, literasi menjadi sangat penting untuk menyerap informasi dan mengomunikasikan ide secara efektif. Keterampilan ini merupakan penentu kesuksesan dalam dunia kerja, pendidikan, dan kehidupan sosial. Pertanyaan mengenai hubungan antara membaca dan menulis menekankan pentingnya literasi sebagai keterampilan yang saling mendukung untuk mencapai keberhasilan.

Membaca sebagai Fondasi Menulis

Membaca merupakan fondasi penting dalam menulis. Melalui aktivitas ini, seseorang dapat memperluas perbendaharaan kata, memahami struktur kalimat, dan mengembangkan ide-ide kreatif. Berikut, beberapa aspek utama membaca yang berperan sebagai dasar dalam kemampuan menulis.

Perluasan perbendaharaan kata: Membaca secara aktif memperkaya kosakata dan gaya bahasa seseorang. Ketika kita membaca berbagai jenis teks, seperti fiksi, non-fiksi, artikel, atau jurnal ilmiah, kita terpapar pada beragam pilihan kata dan ekspresi yang digunakan oleh penulis. 

Kosakata yang lebih luas memungkinkan penulis untuk menyampaikan ide dengan lebih jelas dan efektif, serta memberikan variasi dalam gaya penulisan. Menurut Steven Pinker (2014), dalam The Sense of Style: The Thinking Person's Guide to Writing in the 21st Century, membaca adalah cara terbaik mempersiapkan diri untuk menulis, karena membaca akan menambah perbendaharaan kata dan frasa, mengenalkan kita pada berbagai struktur yang membuat kalimat menjadi lebih baik, dan membuat kita mengenal idiom dan konvensi budaya kita.

Pemahaman struktur kalimat: Membaca berbagai jenis teks membantu memahami struktur kalimat yang efektif. Melalui pembacaan, penulis dapat mengamati bagaimana penulis lain menyusun kalimat, mengatur alur narasi, dan menciptakan transisi antar ide. Ini adalah proses belajar secara implisit, sehingga penulis dapat menangkap pola-pola tertentu dan menerapkannya dalam tulisannya sendiri. Menurut John Gardner (1991), dalam The Art of Fiction: Notes on Craft for Young Writers, dengan membaca secara seksama, penulis dapat mempelajari bagaimana kalimat dibangun dengan berbagai cara, bagaimana paragraf dibuat, dan bagaimana koherensi secara keseluruhan dipertahankan dalam sebuah tulisan.

Pengembangan ide: Membaca juga memicu pemikiran kritis dan kreatif, memberikan penulis ide-ide baru yang bisa diolah menjadi tulisan. Membaca memperluas wawasan dan memberikan perspektif baru yang dapat menjadi inspirasi bagi penulis. 

Dengan membaca, penulis dapat mengidentifikasi tema, topik, dan sudut pandang yang menarik, serta belajar bagaimana penulis lain mengembangkan ide-ide tersebut menjadi sebuah karya. Menurut Ralph Fletcher (1996), dalam Breathing In, Breathing Out: Keeping a Writer's Notebook, membaca mengisi sumur imajinasi, menyediakan bahan baku untuk menulis. Melalui membaca, kita menyehatkan pikiran kita dengan ide, gambaran, dan inspirasi yang dapat diubah menjadi tulisan orisinal.

Menulis sebagai Penguat Membaca

Menulis bukan hanya hasil dari proses membaca, tetapi juga alat yang sangat efektif untuk memperkuat kemampuan membaca. Dengan menulis, pembaca dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam, mengasah keterampilan berpikir kritis, dan meningkatkan konsentrasi saat membaca.

Pemahaman yang lebih mendalam: Ketika seseorang menulis tentang apa yang telah mereka baca, mereka harus menganalisis dan menyintesis informasi tersebut, bukan hanya sekadar memahaminya secara dangkal. Proses menulis memungkinkan pembaca untuk mengidentifikasi ide utama, argumen, dan struktur teks, sehingga meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi yang dibaca. 

Menurut William Zinsser (2006), dalam On Writing Well: The Classic Guide to Writing Nonfiction,  menulis adalah berpikir di atas kertas. Ini memaksa kita untuk menggali lebih dalam ke dalam pikiran kita dan mengaturnya ke dalam struktur yang koheren, yang pada gilirannya mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang kita hadapi

Pengembangan keterampilan berpikir kritis: Ketika menulis, seseorang harus mempertimbangkan berbagai perspektif, mengevaluasi validitas argumen, dan merumuskan pendapat yang didukung oleh bukti yang kuat. Proses ini meningkatkan kemampuan pembaca untuk membaca dengan lebih kritis dan analitis, sehingga tidak hanya menerima informasi secara pasif. 

Menurut Peter Elbow (1998), dalam Writing with Power: Techniques for Mastering the Writing Process, menulis mengharuskan kita terlibat secara aktif dengan teks, mempertanyakan, menganalisis, dan mengkritik apa yang kita baca. Proses keterlibatan kritis ini mempertajam kemampuan kita untuk melihat dan mengevaluasi informasi, yang sangat penting untuk membaca lebih dalam.

Meningkatkan konsentrasi: Proses menulis membutuhkan perhatian penuh dan pemikiran yang mendalam, yang pada gilirannya melatih otak untuk mempertahankan fokus yang lebih baik saat membaca. Ketika seseorang terbiasa menulis, mereka akan lebih mampu mengabaikan gangguan dan berkonsentrasi pada teks yang sedang dibaca, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas membaca. Menurut Donald Murray (2004), dalam Write to Learn,  seorang ahli menulis, menulis secara teratur membantu melatih pikiran untuk tetap fokus dan terlibat. Peningkatan fokus ini diterjemahkan ke dalam praktik membaca yang lebih baik, karena pembaca lebih selaras dengan detail dan kecil kemungkinannya untuk terganggu

Hubungan Timbal Balik Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang saling berhubungan dalam sebuah siklus yang berkelanjutan. Kedua keterampilan ini tidak hanya mendukung satu sama lain tetapi juga memperkaya dan memperkuat pemahaman serta kemampuan dalam kedua bidang tersebut.

Membaca dan menulis membentuk sebuah siklus berkelanjutan sehingga satu aktivitas memperkuat yang lain. Saat membaca, seseorang menyerap informasi, ide, dan gaya penulisan yang secara tidak langsung memengaruhi kemampuan menulisnya. Sebaliknya, ketika menulis, ia harus kembali membaca untuk mencari referensi, menguji argumen, atau mendapatkan inspirasi. 

Menurut Donald Graves (2003), dalam Writing: Teachers and Children at Work, tindakan membaca menginformasikan dan memperkaya tulisan, sementara tindakan menulis mengharuskan seseorang untuk kembali membaca dengan mata yang lebih kritis. Hubungan timbal balik ini sangat penting untuk pengembangan keterampilan literasi yang kuat.

Siklus ini menciptakan umpan balik positif: semakin banyak seseorang membaca, semakin baik mereka menulis; dan semakin banyak mereka menulis, semakin dalam mereka membaca. Proses ini membantu memperkuat keterampilan literasi secara keseluruhan, memungkinkan seseorang untuk menjadi pembaca yang lebih kritis dan penulis yang lebih efektif.

Proses penulisan kreatif adalah contoh konkret bahwa siklus membaca dan menulis terjadi secara berkelanjutan. Penulisan kreatif sering dimulai dengan membaca, seperti buku, artikel, atau karya seni lain yang memberikan inspirasi. Membaca memungkinkan penulis mendapatkan ide, memahami struktur naratif, dan menyerap gaya penulisan yang bisa diterapkan dalam karyanya sendiri.

Setelah mendapatkan inspirasi, penulis mulai menulis draf pertama. Dalam tahap ini, ia mungkin kembali ke teks yang telah dibaca untuk memperkuat argumen, mengembangkan karakter, atau menyusun alur cerita. Setelah draf pertama selesai, penulis mengundang umpan balik dari pembaca atau editor, yang pada gilirannya memerlukan penulis untuk membaca ulang dan merevisi karyanya.

Proses ini berulang kali dilakukan sampai penulis merasa puas dengan karyanya. Di setiap langkah, membaca dan menulis saling berinteraksi, memperkaya dan memperkuat satu sama lain, menghasilkan karya yang lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam.

Implikasi bagi Pendidikan

Pendidikan memainkan peran krusial dalam membentuk kemampuan literasi siswa, sehingga membaca dan menulis adalah dua keterampilan dasar yang saling melengkapi dan harus diajarkan secara terintegrasi. Implikasi ini tidak hanya berfokus pada peningkatan keterampilan individual tetapi juga pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang lebih luas.

Pentingnya integrasi membaca dan menulis: Ketika diajarkan secara terpisah, manfaat maksimal dari keterkaitan alami antara membaca dan menulis mungkin tidak sepenuhnya diperoleh. Pembelajaran yang terintegrasi memungkinkan siswa melihat bagaimana membaca membantu menulis dan sebaliknya, yang pada akhirnya memperkuat pemahaman mereka dan keterampilan komunikasi. 

Menurut Lucy Calkins (2001), dalam The Art of Teaching Reading, membaca dan menulis pada dasarnya saling berhubungan. Mengajarkan kedua keterampilan ini secara bersamaan memungkinkan siswa memahami hubungan timbal balik keduanya, yang mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan keterampilan komunikasi yang lebih efektif.  Integrasi ini juga mempersiapkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup yang mampu menganalisis informasi secara kritis, serta mengekspresikan pemikirannya secara jelas dan terstruktur.

Strategi pembelajaran: Salah satu strategi untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa secara terintegrasi adalah pendekatan Reader-Response, yaitu siswa diminta untuk menulis tanggapan terhadap apa yang dibaca. Tanggapan ini dapat berupa analisis, refleksi, atau interpretasi pribadi, yang membantu siswa menghubungkan teks dengan pengalaman atau pengetahuannya sendiri.

 Menurut Nancie Atwell (2015), dalam In the Middle: New Understandings About Writing, Reading, and Learning, dengan menanggapi teks secara tertulis, siswa terlibat dengan materi pada tingkat yang lebih dalam. Praktik ini tidak hanya meningkatkan pemahaman bacaan, tetapi juga membantunya mengembangkan suara dan perspektif yang lebih kuat dalam tulisannya.  Selain itu, penggunaan jurnal pembelajaran ketika siswa menulis secara rutin tentang apa yang dibaca, serta melakukan kegiatan peer review untuk tulisannya, dapat meningkatkan keterampilan literasi secara kolaboratif dan reflektif.

Beberapa program literasi yang sukses telah menggabungkan membaca dan menulis dalam kurikulumnya. Salah satunya adalah The Writers Workshop, yang dipelopori oleh Lucy Calkins di Teachers College, Columbia University. Program ini menggabungkan pengajaran membaca dan menulis melalui pendekatan yang berpusat pada siswa. Mereka diberikan kebebasan untuk memilih teks yang dibaca dan topik yang ditulis. 

Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan literasi siswa, tetapi juga memupuk minat membaca dan menulis sebagai bagian dari kehidupan mereka. Donald Graves (2003), dalam Writing: Teachers and Children at Work, juga mempromosikan pentingnya integrasi ini. Program lain adalah Reading Recovery, yang awalnya dikembangkan di Selandia Baru dan sekarang digunakan di banyak negara. Program ini menekankan pentingnya membaca sebagai dasar untuk menulis, dengan fokus pada intervensi dini bagi siswa yang kesulitan belajar membaca dan menulis.

Pembahasan dalam artikel ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca dan menulis saling melengkapi dalam siklus literasi yang berkelanjutan. Membaca memperkaya kosakata dan pemahaman struktur kalimat, sedangkan menulis memperdalam pengertian teks, mengasah berpikir kritis, dan meningkatkan konsentrasi. 

Integrasi keduanya dalam pendidikan penting untuk mengembangkan keterampilan literasi dan membentuk pembelajar yang kritis serta kreatif. Dengan menerapkan strategi pengajaran yang tepat, kita dapat memastikan kedua keterampilan ini berkembang harmonis dan meningkatkan pemahaman tentang diri serta dunia di sekitar kita. (*)

Merauke, 15 Agustus 2024

Agustinus Gereda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun