Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biar Lebih Mandiri

4 Agustus 2024   08:14 Diperbarui: 4 Agustus 2024   08:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Surprise!" seru Pak Anton dengan penuh semangat, memeluk Marinus erat.

Bu Maria melangkah masuk dan segera memeluk Fatima. "Sayangku, kami rindu sekali," katanya dengan mata berbinar.

Fatima tersenyum lebar, air mata haru mengalir di pipinya. "Mama, Papa, senang sekali kalian datang."

Kehadiran bapa dan mama Fatima membawa kehangatan dan kebahagiaan yang baru ke dalam rumah. Pak Darius dan Bu Lola menyambut mereka dengan tangan terbuka, membuat suasana menjadi semakin hangat.

Di ruang tamu, Pak Anton dan Pak Darius duduk berdampingan, berbincang dengan akrab. "Kita akhirnya bisa bertemu lagi, Darius. Sudah lama sekali," kata Pak Anton sambil menepuk bahu temannya.

Bu Maria dan Bu Lola sibuk di dapur, menyiapkan hidangan bersama. "Lola, terima kasih telah merawat Fatima dan Marinus selama ini. Mereka selalu bercerita betapa kalian sangat baik," ujar Bu Maria dengan tulus.

Bu Lola tersenyum lembut. "Kita adalah keluarga sekarang. Dan keluarga selalu saling membantu."

Anak-anak berlari-lari di sekitar rumah, bermain dan tertawa riang. Gaudens duduk di pangkuan Pak Anton, mendengarkan cerita tentang petualangan kakeknya di masa muda. Semua anggota keluarga besar, baik dari pihak Marinus maupun Fatima, berkumpul bersama, menikmati kebersamaan yang langka dan berharga.

Marinus dan Fatima berdiri di sudut ruangan, saling menggenggam tangan. Marinus menatap Fatima dengan penuh cinta. "Lihatlah, sayang. Semua ini adalah hasil dari keteguhan kita. Keluarga kita sekarang lengkap dan bahagia."

Fatima mengangguk, matanya berbinar. "Ya, kita telah melalui banyak hal. Tapi kita tidak pernah menyerah. Dan lihatlah, kita berhasil."

Malam itu, di bawah langit berbintang, Fatima dan Marinus duduk di teras rumah, merasakan angin malam yang sejuk. Mereka menatap bintang-bintang yang bersinar terang, seolah memberikan harapan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun