Siswa mungkin mematuhi aturan hanya untuk menghindari hukuman, bukan karena mereka memahami atau setuju dengan aturan tersebut. Ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan emosional, penurunan rasa percaya diri, dan bahkan perasaan putus asa.
Ketegangan dan ketakutan. Ketegasan yang tidak terkendali dapat menciptakan suasana kelas yang penuh ketegangan dan ketakutan. Ketika merasa selalu diawasi dan harus mematuhi aturan yang sangat ketat, siswa cenderung cemas dan stres.
Barbara Coloroso (1995) mencatat bahwa lingkungan belajar yang didominasi oleh ketakutan tidak kondusif untuk perkembangan intelektual atau emosional. Ketika siswa takut untuk membuat kesalahan, mereka mungkin menjadi pasif dan enggan berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Ini menghambat kreativitas dan keinginan mereka untuk mengambil risiko, yang penting untuk pembelajaran yang efektif.
Pendekatan Ideal
Keseimbangan antara ketegasan dan kelembutan. Menemukan keseimbangan yang tepat antara ketegasan dan kelembutan dalam mengelola kelas adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif.
Menurut Carol Ann Tomlinson (1999), dalam The Differentiated Classroom: Responding to the Needs of All Learners, guru yang efektif dapat menetapkan batas yang jelas dan tegas sambil tetap menunjukkan kelembutan dan pemahaman terhadap kebutuhan individu siswa.
Ketegasan tanpa kelembutan dapat menjadi otoritarian, sementara kelembutan tanpa ketegasan dapat menyebabkan kebingungan dan kurangnya disiplin. Guru perlu mengadopsi pendekatan yang fleksibel, menyesuaikan gaya manajemen mereka dengan situasi dan kebutuhan siswa.
Komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa adalah elemen penting dalam menciptakan keseimbangan antara ketegasan dan kelembutan. Gordon Thomas (1974) menegaskan bahwa keterbukaan dan dialog yang sehat dapat membangun hubungan yang saling menghormati antara guru dan siswa.
Komunikasi yang baik melibatkan sikap mendengarkan dengan empati, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memastikan bahwa harapan serta aturan dipahami oleh semua pihak. Dengan cara ini, guru dapat menetapkan batas yang jelas tanpa perlu menggunakan otoritas yang berlebihan, dan siswa merasa dihargai serta didengarkan.
Pentingnya empati dan pengertian. Empati memungkinkan guru melihat dunia dari perspektif siswa, memahami tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Menurut Daniel Goleman (1995), dalam Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ, empati adalah kemampuan mendasar yang memungkinkan guru untuk membangun hubungan yang kuat dan mendukung dengan siswa. Dengan menunjukkan empati, guru dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, di mana siswa merasa cukup nyaman untuk mengekspresikan diri dan mengambil risiko dalam pembelajaran mereka.
Paparan di atas menunjukkan, ketegasan adalah salah satu keterampilan penting yang harus dimiliki oleh guru dalam mengelola kelas. Ketegasan yang diterapkan dengan bijak dapat membantu membangun disiplin dan tanggung jawab, menciptakan struktur yang memberdayakan siswa, dan menghasilkan kisah sukses yang inspiratif.