"Syukurlah, Bu Sri. Rania masih sehat, meski kami sering kekurangan makanan bergizi," jawab Nina.
Bu Sri menatapnya dengan iba. "Nina, jangan sungkan. Jika kau butuh sesuatu, datanglah ke puskesmas. Kami akan membantu sebisa mungkin."
Senja kembali datang, membawa langit yang berwarna jingga dan merah muda. Sambil menatap matahari terbenam, Nina merasakan hangatnya kasih Tuhan dan orang-orang di sekitarnya.
Satu malam, di saat hujan deras turun membasahi bumi, ada ketukan di pintu. Nina membuka pintu dan melihat Pak Johanes berdiri basah kuyup. "Nina, ada kabar buruk. Sungai meluap dan banyak rumah terendam. Desa kita membutuhkan bantuan segera," katanya dengan nada cemas.
Nina segera bergegas membantu evakuasi warga bersama para tetangga. Mereka bekerja sepanjang malam, mengamankan barang-barang dan mencari tempat yang lebih tinggi. Di tengah kekacauan itu, Nina melihat semangat kebersamaan yang luar biasa. Setiap orang berjuang bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk sesama.
Ketika fajar menyingsing, desa mereka masih dilanda banjir, tapi ada harapan yang tak pernah pudar. Dengan bantuan Pak Johanes, Narti, Bu Sri, dan banyak orang lainnya, mereka saling menopang dan menguatkan.
Beberapa hari kemudian, air surut dan kehidupan mulai kembali normal. "Ibu, lihat! Sawah kita mulai pulih," seru Rania dengan riang.
Nina tersenyum, merasakan hangatnya kebahagiaan yang sederhana. "Iya, Sayang. Kita akan terus berjuang. Tuhan selalu bersama kita," jawabnya sambil mengelus kepala putrinya.
Setiap senja yang datang membawa harapan baru, dan Nina tahu bahwa selama ada cinta dan kebersamaan, mereka akan mampu menghadapi segala rintangan. Desa kecil mereka, meski dilanda banyak cobaan, selalu menemukan cara untuk bangkit dan tersenyum kembali.
Tiga bulan kemudian, desa telah kembali pulih. Kebun-kebun kembali menghijau, dan sawah-sawah menguning. Hari-hari penuh perjuangan kini berganti dengan semangat untuk membangun kembali. Pada suatu pagi, Nina dan Rania sedang memetik sayuran di kebun kecil mereka ketika Bu Sri datang dengan kabar gembira.
"Nina, ada donasi dari kota. Mereka memberikan bibit-bibit baru dan pupuk untuk para petani desa," kata Bu Sri dengan wajah berseri-seri.