Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Terakhir

2 Juli 2024   08:50 Diperbarui: 2 Juli 2024   12:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Syukurlah, malam ini kita bisa makan dengan cukup," katanya dalam hati, merasa lega meski hanya untuk sesaat. Semoga esok hari, Tuhan memberiku kekuatan yang sama untuk menghadapi hari baru.

Malam itu, setelah makan malam sederhana, Nina duduk di beranda rumah, merenungi perjalanan hidup yang penuh liku. Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Itu Bapak Desa, Pak Johanes, yang dikenal dengan bijaksananya. "Selamat malam, Bu Nina," sapanya lembut.

"Selamat malam, Pak Johanes. Silakan duduk," jawab Nina, mempersilakan beliau duduk di bangku kayu yang sudah mulai lapuk.

"Bagaimana keadaan kalian, Bu Nina?" tanya Pak Johanes dengan sorot mata penuh perhatian.

"Puji Tuhan, Pak. Kami masih diberi kekuatan," jawabnya dengan senyum yang terpaksa.

Pak Johanes menghela napas panjang. "Saya dengar dari tetangga, kalian sedang kesulitan. Desa ini memang sedang dilanda masa sulit, tapi kita harus saling membantu."

"Terima kasih, Pak Johanes. Kami akan baik-baik saja," jawab Nina meski dalam hati ia tahu betapa beratnya situasi ini.

Esok harinya, ketika fajar mulai menyingsing, Nina kembali ke ladang kecil di belakang rumah. Saat sedang memeriksa tanaman singkong, tiba-tiba ia mendengar suara yang dikenal. Itu Narti, sahabat lamanya yang kini tinggal di desa sebelah. "Nina! Aku membawa sedikit sayuran dari kebunku. Semoga bisa membantu," katanya dengan senyum lebar.

"Terima kasih, Narti. Kamu selalu baik," jawab Nina sambil memeluknya erat. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tak bertemu."

Narti mengangguk. "Aku baik, Nina. Tapi aku tahu kau sedang berjuang keras. Kita harus saling membantu di masa sulit ini. Jangan ragu untuk datang ke rumah jika membutuhkan sesuatu."

Hari itu berlalu dengan cepat. Di puskesmas, Nina bertemu dengan Bu Sri, bidan desa yang selalu sigap membantu. "Nina, anak-anak sehat?" tanyanya sambil memberikan beberapa vitamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun