Tips yang Ditawarkan bagi yang Ingin Berkuasa
Pertama, utamakan layanan masyarakat dengan fokus pada kepentingan publik dan responsif terhadap kebutuhan mereka. James MacGregor Burns (1978), dalam Leadership, menekankan bahwa kepemimpinan adalah tentang melayani, bukan sekadar memegang kekuasaan.
Kedua, berikan kesempatan yang adil dengan mempromosikan kesetaraan dan menghargai keanekaragaman. Nelson Mandela (1994), dalam Long Walk to Freedom, menunjukkan pentingnya memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua orang.
Ketiga, kedepankan transparansi dan akuntabilitas. Transparency International (2020) menyatakan bahwa akuntabilitas adalah elemen penting untuk berfungsinya demokrasi dan memastikan, yang berkuasa bertanggung jawab atas tindakannya.
Keempat, pegang teguh nilai-nilai moral dan etika seperti integritas, kejujuran, dan komitmen untuk melakukan yang benar. Pemimpin harus menjadi teladan moral dan etika, yang membangun kepercayaan dan rasa hormat dari masyarakat. Warren Bennis (1985), dalam Leaders: Strategies for Taking Charge, menunjukkan bahwa pemimpin dengan kapasitas moral yang kuat dapat menerjemahkan visi etis dan berkelanjutan menjadi kenyataan yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
Paparan di atas menekankan bahwa kehausan berkuasa adalah ancaman serius bagi demokrasi dan kesejahteraan masyarakat. Memahami dampak negatifnya, merenungkan bahaya yang ditimbulkannya, dan menumbuhkan kegelisahan yang positif dapat membangun kesadaran kritis yang diperlukan untuk mengawal proses politik.
Melalui komitmen pada layanan publik, keadilan, transparansi, akuntabilitas, serta moral dan etika yang tinggi, individu yang berambisi memegang kekuasaan dapat berkontribusi pada terciptanya pemerintahan yang lebih baik dan lebih adil. Kekuasaan pun digunakan untuk kebaikan bersama, bukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H