"Oh, begitu toh ceritanya." Mahmudin terlihat menganggukkan kepalanya. "Terus, kenapa kok kamu terlihat buru-buru seperti itu?"
"Tadi waktu pak iwan dan mbak mini sedang ribut di warung mas Lepi. Pas kebetulan aku lewat, dan agak menenangkan keduanya." Jelas Nurudin. "Tapi, setelah keduanya berdamai dan ngopi bareng di warung mas Lepi, aku tak sengaja nyenggol kopinya pak iwan dan kopinya tumpah mengenai bajunya mbak Mini."
"Loh, jadi dari tadi kamu cerita panjang lebar tentang pencalonan lurah pak wid dan pak yanto, dan ternyata cerita sebenarnya tentang kamu tak sengaja menumpakan kopinya pak Iwan dan terkena bajunya mbak Mini?"
"Woey! NURUDIN! Jangan lari lagi kamu!" terlihat dikejauhan pak Iwan, mbak mini dan mas lepi sama-sama meneriakkan kalimat yang sama.
"Gawat. Mud. Aku kabur dulu, Mud." si Nurudin, langsung menyincingkan sarungnya dan berlari meninggalkan Mahmudin.
"Woey! MAHMUDIN! Kamu jangan sekongkol sama NURUDIN! Liat ini pakaianku kotor begini, gara-gara temanmu!" Teriak mbak Mini.
"Woey! NURUDIN! Gantiin dulu Kopiku yang kamu tumpahkan. Jangan lari!" Teriak Pak Iwan.
"Wah, gawat. Mending aku ikut kabur saja lah." Gumam Mahmudin yang segera beranjak lari dari tempatnya berdiri.
Dibelakang pak Iwan dan mbak Mini, mas Lepi terlihat ikut berlari sambil menjaga napasnya yang sudah cukup ngos-ngosan.Â
"Woy, kalian semua. Bayar dulu kopinya!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI