Mohon tunggu...
Agustino Pratama
Agustino Pratama Mohon Tunggu... Jurnalis - Desainer Grafis dan Bangunan, Konten Kreator, serta Penulis Amatir yang mood nya naik turun

"Siapa tak kenal binatang jalang, lihat diri sendiri penasaranmu hilang. Jangan menangis, diatas masih ada bintang." Seburuk apapun kita, kita selalu mempunyai kesempatan untuk memulai perubahan. Jangan pernah ragu untuk melangkah. Berpegang teguh pada satu prinsip, "Bukan menjadi orang lain untuk menjadi yang terbaik, jadilah diri sendiri yang pasti bisa menjadi seseorang yang lebih baik." - Agustino Pratama -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi: Disalahkan atau Dikaji?

13 Mei 2017   23:46 Diperbarui: 14 Mei 2017   09:36 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : TropenMuseum, dari situs wacana.co

Tradisi menggunakan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, ternyata masih diterapkan oleh walisongo dalam berdakwah di indonesia, khususnya di masyarakat jawa. Tradisi tersebut sering kita jumpai saat adanya pengajian di masjid, tahlilan di masjid, dan sebagian masih ada yang memfungsikan masjid untuk tempat bermusyawarah dan menjalankan tradisi.

Miris, ketika ada sebagian pihak yang berpendapat bahwa masjid hanya difungsikan sebagai tempat beribadah saja. Beranggapan jika masjid dijadikan tempat selain beribadah, akan mengganggu orang yang sedang beribadah di masjid. Padahal, kita sendiri pun sudah diajarkan toleransi. 

Rasulullah pun telah memberikan contoh saat hijrah ke madinah, bahwa dakwah islam dapat disampaikan dengan menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakatnya. Dan itulah yang diterapkan oleh walisongo dalam berdakwah. Rasulullah menyatukan dua pihak yang bersengketa, menyatukan antara penduduk asli dan yahudi pendatang, membuat perjanjan madinah yang beresensi menciptakan kebudayaan di madinah. 

Dulu, leluhur kita telah disatukan dan diluruskan kebudayaannya oleh walisongo. Yang awalnya kebudayaan / tradisi yang ada menuju kesyirikan dan kesesatan, diberi unsur islam didalamnya agar lebih mengarahkan pada tauhid kepada Allah. Kasta-kasta yang ada diluruskan, diganti dengan sebutan warga. Yang diambil dari kata suwarga / suwargi yang berarti surga / penghuni surga. Nama pemimpin yang awalnya bergelar prabu, diubah menjadi sultan, dan pemerintahan yang awalnya kerajaan berkosep kekuasaan diganti dengan konsep kesultanan yang berkonsep pengayoman masyarakat. Kata masyarakat pun diperkenalkan oleh walisongo untuk menyebut penduduk secara umum.

Tradisi yang awalnya diwarisi dari kebudayaan kerajaan, diluruskan pemahamannya dengan dibuatkan tradisi baru yang secara konsep sama namun esensinya dirubah. Yang dulunya mengarah pada kemusyrikan, diluruskan menjadi lebih mengarah pada tauhid kepada Allah.

Saat ini ada pihak yang beranggapan bahwa nenek moyang orang indonesia khususnya jawa adalah penganut animisme dinamisme yang digeneralisir dianggap sesat. Seakan tidak mengkaji sejarah bahwa nenek moyang bangsa ini adalah kaum intelektual. Seorang sejarawan yang meneliti sejarah nenek moyang indonesia pernah menyampaikan tentang agama nenek moyang orang jawa yang disebut kapitayan. Dalam agama kapitayan itu sendiri dijelaskan bahwa penganut agama kapitayan punya keyakinan tentang Tuhan yang maha esa, yang tidak berwujud serupa dengan makhluknya, disebut sebagai sang hyang widhi. Dalam memperkenalkan Allah, walisongo mengamati kesamaan pemahaman antara tuhannya agama kapitayan dan sifat Allah. Walisongo menilai bahwa sebenarnya penganut kapitayan telah mengenal tauhid namun belum pernah sampai ilmu syariat yang menjelaskan tentang Allah kepada mereka. Sehingga, walisongo pun memperkenalkan sifat Allah yang tidak berwujud seperti makhluknya. Sang hyang widhi pun pada akhirnya dikenal sebagai sifat Allah yang kemudian menjadi alasan penganut agama kapitayan mudah menerima islam. 

Salah satu pemahaman yang menilai nenek moyang indonesia menganut animisme dinamisme, adalah karena kebiasaan orang penganut kapitayan yang beribadah (mendekatkan diri pada sang hyang widhi) di dalam sebuah pohon, yang sebenarnya bukan menyembah pohonnya, tapi membuat suatu ruangan di dalam sebuah pohon, atau membentuk ruangan dari beberapa pohon lalu bersemedi di dalamnya untuk mengingat sang hyang widhi dengan cara melupakan kehidupan duniawi. Dan konsep itu pula yang digunakan walisongo dalam mengajarkan sholat. Bahwa sholat adalah satu-satunya cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dilakukan dengan melupakan duniawi. Tempat ibadah yang tadinya disebut sebagai sanggar, digubah menjadi Langgar. Itu kenapa, orang jawa sering menyebut mushola dengan sebutan "Langgar".

Sebenarnya, ada banyak tradisi yang telah diubah oleh walisongo yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Dan memang, tidak jarang ada tradisi yang coba dibalikkan kepada konsep dan esensi awalnya. Namun, alih-alih berusaha mengkaji dan mengarahkan agar tradisi tersebut diterapkan sesuai gubahan walisongo, kita lebih sering digiring untuk menghilangkan tradisi dan tidak perlu mengkajinya.

Mungkin yang menjadi kekhawatiran adalah ketika kita berusaha mengarahkan tradisi tersebut ke jalan islam, kelak tradisi itu akan terbawa kembali ke arah awal yang salah. Oleh karena itu, pihak yang melarang atau ingin menghilangkan tradisi tersebut beranggapan bahwa meniadakannya akan lebih baik. 

Dan disini kita punya dua kesimpulan yang bisa dijadikan pilihan.

1. Meneruskan tradisi dengan meneruskan kebiasaan mengkajinya dan berusaha mengarahkannya kepada jalan islam. Dengan kata lain, memilih untuk tetap menjaga tradisi dan mengajarkan generasi penerus untuk terus mengkajinya karena tradisi pun merupakan warisan leluhur yang menjadi kekayaan intelektual kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun