Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hal-hal Menarik Tatkala Nobar Timnas Garuda di Museum Sonobudoyo Yogyakarta

16 Oktober 2024   12:59 Diperbarui: 16 Oktober 2024   18:23 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senyampang siaran langsung pertandingan antara Timnas Garuda versus Timnas Tiongkok dimulai pukul 19.00 WIB, yang berarti tidak terlalu malam, semalam saya bersama seorang kawan memutuskan ikut nobar. Tentu saja kami memilih nobar yang gratis dan berlokasi dekat rumah. Dengan demikian, nobar di Museum Sonobudoyo menjadi pilihan kami.

Akhirnya setelah bertahun-tahun tidak pernah ikut nobar sepakbola secara massal, semalam saya berkesempatan melakukannya. Rupanya kawan saya juga begitu. Ada-ada saja. Kami kok ya senasib dalam hal beginian.

Walaupun ujungnya Timnas Garuda kalah, minimal ada rasa senang di hati ini karena bisa kembali ikutan nobar. Yang bertanding kesebelasan negeri sendiri pula.

Bagi saya, semalam memang kali pertama nobar Timnas Garuda. Adapun pada masa terdahulu, saya ikut nobar kalau yang main Timnas Jerman atau Timnas Belanda saja.

Oleh sebab itu, rasanya ada sensasi yang berbeda. Jika nobar timnas negara lain, perasaan kita bisa relatif lebih netral. Kadar bapernya masih setingkat di bawah level kebaperan bila menonton pertandingan timnas negeri sendiri.

Terlebih acara nobar semalam juga diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Ya sudah. Bikin makin tersadarkan bahwa ada ikatan Persatuan Indonesia di antara kami (peserta nobar) dengan Timnas Garuda dan suporternya yang di layar kaca. Alhasil, sepanjang pertandingan berlangsung ikut deg-degan.

Yang menarik, sejauh pengamatan saya tidak ada aba-aba supaya peserta nobar berdiri dan ikut bernyanyi. Spontan saja semua berdiri. Saya dan kawan saya juga spontan ikut berdiri tegak mengikuti yang lain.

Entahlah. Mungkin karena memang sudah tradisi nobar di situ. Atau di era sekarang, aturan baku nobar pertandingan Timnas Garuda di mana pun memang begitu. Mohon dimaklumi ya, atas ketidaktahuan saya ini.

Selain perihal menyanyikan lagu "Indonesia Raya", tingkah laku dan celotehan para peserta nobar juga menarik. Bikin saya tersenyum-senyum, bahkan tertawa lebar. Misalnya cowok yang duduk tepat di sebelah kanan saya. Berulang kali dia mengomeli Asnawi Mangkualam.

Sementara anak-anak muda yang duduk di belakang saya cerewet sekali. Saya tidak tahu bagaimana wujud penampakan mereka karena tidak menengok ke belakang sama sekali. Jadi, cuma mendengar suara mereka. Yang laki-laki memuji-muji pemain bila sedang menguasai bola. Begitu bola lepas, mereka memaki-maki. Sementara yang perempuan berulang kali bilang Nathan ganteng; Rafa ganteng.

Yang paling seru dan bikin saya terkekeh-kekeh adalah ketika Arhan mulai masuk lapangan. Cowok-cowok di belakang saya berteriak-teriak menyemangatinya, "Ayo, Arhaaan! Lupakan Azizah! Lupakan Azizah."

Saat Arhan melakukan lemparan ke dalam juga demikian. Teriakan mereka makin brutal manakala Thom Haye sukses mencetak gol dari lemparan Arhan itu. "Lupakan Azizah! Lupakah Azizah!"

Itulah pengalaman seru saya semalam. Lumayan asyik. Yang tidak asyik adalah adanya peserta nobar yang santai saja merokok di tengah kerumunan. Apesnya tepat di depan saya ada dua cowok yang kepulan asapnya tertiup angin ke belakang sehingga tepat mengarah ke wajah saya.

***

Sebelum beranjak pulang kami sempat bergurau mengenai kekalahan Timnas Garuda dari Timnas Tiongkok.

"Apa gara-gara kita nonton bikin timnas kalah? Hehe ... Tapi kata Pak Faiz kita enggak boleh begitu. Itu semacam kita ke-GR-an kalau punya karomah. Mau kita nonton atau enggak, kalau takdirnya kalah ya kalah saja. Bukan tergantung pada kita. Emangnya siapa kita?" celoteh saya agak panjang.

Kawan saya seketika menyahut, "Oh? Pak Faiz bilang gitu? Hmm. Memang enggak punya karomah, tapi pembawa sial."

Seketika kami tergelak-gelak bersama. Kemudian saya berkata, "Betul juga. Si pembawa sial. Hahaha!"

Kiranya perlu dijelaskan di sini, Pak Faiz yang kami sebut-sebut itu adalah Doktor Fahruddin Faiz, M. Ag. Beliau dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mengampu mata kuliah Aqidah Filsafat Islam. Pun, beliau merupakan sosok ustaz/guru favorit kami.

Kami memang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang rutin menyimak kajian rutin Pak Faiz, yang diselenggarakan Masjid Jenderal Sudirman (MJS) Yogyakarta. Katakanlah sebagai jamaah setia beliau. Tepatnya sebagai Jamaah Ngaji Filsafat. Tentu saja jamaah daring melalui Youtube.

MJS itu 'kan lokasinya di Yogyakarta bagian utara. Sementara kami berdomisili di Yogyakarta bagian selatan. Alhasil, sampai detik ini kami masih mager kalau mesti mendatangi kajian Pak Faiz secara luring. Malam-malam pula.

***

Massa yang menyemut di halaman parkir Museum Sonobudoyo kian berkurang. Kami pun akhirnya saling mengucapkan salam perpisahan. Saya berjalan kaki menuju barat, kawan saya menuju timur.

Sepanjang perjalanan dari Museum Sonobudoyo sampai rumah, saya melewati beberapa kelompok orang yang membahas hasil pertandingan. Ada kelompok bapak-bapak, kaum dewasa muda, dan remaja pria. Sayang sekali atmosfer lemas menyelimuti mereka. Coba kalau menang. Pasti semua menyala bersemangat.

Apa boleh buat? Kekalahan Timnas Garuda semalam memang bikin kecewa. Wajarlah. Tiap kekalahan pada dasarnya selalu menyakitkan. Terlebih pada saat kita butuh kemenangan. Pun, statistik penguasaan bola kita jauh lebih baik daripada lawan.

Kita bisa apa? Faktanya Timnas Garuda semalam kepayahan untuk mengepakkan sayap. Kita kalah sebab memang tidak mampu menambah gol. Tambahan waktu 10 menit pun tidak bisa kita manfaatkan dengan baik.

Kiranya itulah yang membuat kejengkelan saya semalam tidak sejengkel pasca tanding dengan Bahrain tempo hari. Kecewa, tetapi tak seberat kekecewaan 5 hari lalu. Kalau Anda bagaimana?

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun