Itulah pengalaman seru saya semalam. Lumayan asyik. Yang tidak asyik adalah adanya peserta nobar yang santai saja merokok di tengah kerumunan. Apesnya tepat di depan saya ada dua cowok yang kepulan asapnya tertiup angin ke belakang sehingga tepat mengarah ke wajah saya.
*
Sebelum beranjak pulang kami sempat bergurau mengenai kekalahan Timnas Garuda dari Timnas Tiongkok.
"Apa gara-gara kita nonton bikin timnas kalah? Hehe ... Tapi kata Pak Faiz kita enggak boleh begitu. Itu semacam kita ke-GR-an kalau punya karomah. Mau kita nonton atau enggak, kalau takdirnya kalah ya kalah saja. Bukan tergantung pada kita. Emangnya siapa kita?" celoteh saya agak panjang.
Kawan saya seketika menyahut, "Oh? Pak Faiz bilang gitu? Hmm. Memang enggak punya karomah, tapi pembawa sial."
Seketika kami tergelak-gelak bersama. Kemudian saya berkata, "Betul juga. Si pembawa sial. Hahaha!"
Kiranya perlu dijelaskan di sini, Pak Faiz yang kami sebut-sebut itu adalah Doktor Fahruddin Faiz, M. Ag. Beliau dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mengampu mata kuliah Aqidah Filsafat Islam. Pun, beliau merupakan sosok ustaz/guru favorit kami.
Kami memang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang rutin menyimak kajian rutin Pak Faiz, yang diselenggarakan Masjid Jenderal Sudirman (MJS) Yogyakarta. Katakanlah sebagai jamaah setia beliau. Tepatnya sebagai Jamaah Ngaji Filsafat. Tentu saja jamaah daring melalui Youtube.
MJS itu 'kan lokasinya di Yogyakarta bagian utara. Sementara kami berdomisili di Yogyakarta bagian selatan. Alhasil, sampai detik ini kami masih mager kalau mesti mendatangi kajian Pak Faiz secara luring. Malam-malam pula.
*
Massa yang menyemut di halaman parkir Museum Sonobudoyo kian berkurang. Kami pun akhirnya saling mengucapkan salam perpisahan. Saya berjalan kaki menuju barat, kawan saya menuju timur.