Apa itu udhik-udhik? Udhik-udhik adalah tradisi membagikan uang logam kepada masyarakat. Membagikannya dengan cara disebar (dilempar-lemparkan) bersama beras, biji-bijian, dan bunga. Ini merupakan simbol sedekah raja kepada rakyatnya.
Prosesi sebar udhik-udhik merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu masyarakat, dalam rangkaian Kondur Gongso. Mereka bakalan berusaha mendapatkan koin yang disebar Ngarsa Dalem.
Bagi kalangan muda yang berpikiran modern, uang logam itu dijadikan benda kenangan. Bagi para tetua dan mereka yang masih percaya perihal ngalap berkah, tentu bakalan disimpan baik-baik. Bukan sekadar dijadikan benda kenangan, melainkan untuk dijadikan semacam penyemangat dalam mencari rezeki.
Mengapa kami tidak tertarik ikut rebutan idhik-udhik? Tentu saja karena sudah pernah dan merasa jera rebut-rebutan begitu. Seru sih, seru. Cuma kedorong-dorongnya yang tidak asyik. Kami memang kurang tangguh untuk menghadapi hal-hal serupa itu.
Lagi pula, kami sedang berniat untuk fokus menonton rombongan sultan. Kiranya siapa saja yang mendampingi beliau untuk sebar udhik-udhik? Pucuk dicinta ulam tiba. Walaupun para petugas terkait sudah bersiaga di sekitar regol, kerumunan massa belum menyemut. Jadi, kami leluasa memilih posisi yang sekiranya strategis untuk memotret atau memvideo sultan beserta rombongan.
Singkat cerita, setelah menunggu lama akhirnya Sultan HB X beserta rombongan tiba. Beliau memasuki Plataran Masjid melalui regol, kemudian menuju Pagongan Kidul dan sebar udhik-udhik di situ. Selanjutnya menuju ke Pagongan Lor, juga untuk sebar udhik-udhik. Selepas itu Sultan HB X dan rombongan masuk ke masjid untuk menyimak pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW.
Apa boleh buat? Karena kami hanyalah rakyat jelata dan tidak mendapatkan undangan dari kraton, tentu saja tidak boleh ikut memasuki masjid. Jangankan ikut duduk menyimak. Masuk halaman masjidnya saja tidak bisa. Alhasil, kami cuma dapat mengintip dari luar pagar.
Kurang lebih satu jam acara selesai. Sultan beserta rombongan pun kembali ke kraton. Saya dan teman bimbang. Tentu bukan sebab ditinggal sultan. Kami bimbang untuk memutuskan. Segera pulang atau bertahan hingga tengah malam di plataran, yaitu saat Kondur Gongso-nya; saat Kyahi Gunturmadu dan Kyahi Nagawilaga diangkat dan diarak masuk ke kraton.
Alhasil, kami memutuskan pulang. Karena masih harus menunggu sekitar satu jam lagi, jika hendak mengikuti prosesi Kondur Gongso-nya. Sementara kami sudah lelah dan kehausan.