Mereka bukan beban negara. Jika diberi kesempatan, niscaya melalui hal-hal yang mereka miliki, mereka bisa berkontribusi bagi negara.
Ayolah, para aparatur negara. Tolong berkreasilah semaksimal mungkin untuk merancang acara-acara yang melibatkan semua warga negara dari semua kalangan umur.
Penutup
Begitulah adanya lika-liku ageisme yang pernah saya hadapi. Sampai-sampai saya sempat kehilangan jati diri sebab dirundung pertanyaan, "Sebetulnya saya ini masih cukup muda atau sudah sangat uzur?"
Sebagai pamungkas tulisan, saya ingin mengungkapkan sebuah opini terkait ageisme.
Begini, "Pembatasan usia sebagai syarat untuk mendaftar suatu keikutsertaan dalam kegiatan atau pekerjaan tertentu boleh-boleh saja. Bahkan untuk kegiatan atau profesi tertentu, wajib diberlakukan secara ketat.
Namun, alangkah bijaksana kalau hal itu disertai dispensasi bagi calon pendaftar yang usianya kurang sedikit/lebih sedikit dari batasan syarat, asalkan memiliki poin plus tertentu.
Poin plus tertentu itu misalnya memenuhi syarat kesehatan bla-bla-bla meskipun berusia di atas syarat yang ditentukan. Atau, memiliki pengalaman dahsyat bla-bla-bla meskipun berusia di bawah syarat yang ditentukan.
Intinya, pelanggaran terhadap batasan usia bisa dikompensasi dengan bobot lain yang relevan."
Demikian pengalaman dan sumbang saran saya terkait ageisme. Yang notabene merupakan diskriminasi usia. Lebih-lebih kalau sekadar batasan, tanpa ada alasan logis dan relevan. Cukup kurang ajar memang.
Salam.