Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Masihkah Jogja Terbuat dari Rindu, Pulang, dan Angkringan

6 Juni 2023   22:45 Diperbarui: 6 Juni 2023   22:52 3876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain ada pula yang dengan sadar memutuskan, sebesar apa pun rindu yang ditanggungnya, tak bakalan lagi menginjak Jogja. Alasannya, Jogja kini menyeramkan. Tak lagi aman dan berhati nyaman.

Apa boleh buat? Sebuah rasa tak bisa dihakimi dan dipaksakan.  Lagi pula, itu bukan alasan yang mengada-ada.

Mereka yang takut ke Jogja tak bisa disalahkan. Tidak dapat serta-merta dianggap penakut. Terlebih kenyataannya, Jogja kian sering bikin deg-degan.

Jangankan orang-orang yang tinggal di luar Jogja. Yang cuma bisa membayangkan kengerian dari situasi huru-hara itu. Sementara bayangan atas suatu kejadian acap kali lebih menakutkan daripada kejadian aslinya.

Saya yang tinggal di Jogja pun kerap dilanda cemas bilamana terjadi huru-hara. Terkhusus ketika sedang bepergian. 'Kan gawat kalau sampai ikut terjebak dalam keributan massal.

Anda kemungkinan besar telah tahu. Belakangan--namun sesungguhnya bibitnya sudah terjadi sejak lama--di Jogja marak kasus kekerasan. Penyebabnya pun rupa-rupa.

Adapun kasus yang masih hangat pastilah yang terjadi tempo hari. Pada tanggal 4 Juni 2023 lalu. Hanya selang 3 hari dari Hari Lahir Pancasila. Hanya beberapa jam setelah Presiden Jokowi meninggalkan Jogja. Miris.

Makin terasa miris dan bikin saya emosional sebab sampai memorakporandakan Pendopo Agung Tamansiswa. Yang notabene merupakan bagian dari Museum Dewantara. Warisan luhur dari Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar Dewantara.

Sungguh ironis!

Mei, di mana pada tanggal 2-nya adalah Hari Pendidikan Nasional, baru saja berlalu. Lhah kok begitu saja museum yang terkait erat dengan Hari Pendidikan Nasional itu menjadi korban aktivitas tak berbudaya?!

Kiranya Ki Hajar Dewantara menangis di alam sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun