Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kapan Ada Mudik Gratis Bagi Pemudik Jarak Dekat dan Tidak Ber-KTP Kampung Halaman yang Hendak Dimudiki?

15 April 2023   23:41 Diperbarui: 15 April 2023   23:54 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teorinya dari situ saya bisa langsung naik bus mini ke kampung halaman. Namun, apa boleh buat? Teori tak sejalan dengan kenyataan. Trayek bus mini untuk rute tersebut sudah almarhum.

Karena yang pasti ada ojek pangkalan, tak ada pilihan lain. Ya sudah. Naik moda transportasi yang itu. Tentu tak jadi soal bila sendirian dan barang bawaan sedikit. Selanjutnya berubah jadi kerepotan, bila bawaan banyak atau mudik berombongan.

Mustahil pakai taksi luring karena tak ada. Sementara pakai taksi daring tak senyaman dalam bayangan. Malah dipalak sopirnya. Seperti pengalaman saya sebelum era pandemi Covid-19.

Tatkala itu saya dan anak merasa lega sebab berhasil mengorder taksi daring. Ongkosnya 70 ribuan. Akan tetapi, sesampai di titik tujuan, sopirnya meminta 100 ribu. Dengan alasan, dia bakalan bingung untuk balik ke terminal kota. Ckckck.

Semula saya menolak. Ternyata lama-lama dia marah dan mengintimidasi. Ya sudah. Sebab takut, saya bayarlah sesuai permintaannya. Apes.

Sementara ongkos travel kami dari Yogyakarta edisi khusus Lebaran,  sejumlah 150 ribuan. Tuh 'kan. Malah lebih murah daripada ongkos taksi daring dari terminal ke rumah ortu.

O, ya. Saya juga pernah dipalak sopir travel. Iya. Saya menyebutnya dipalak meskipun dia pasti tak merasa memalak.

Ceritanya begini. Pada suatu Lebaran saya mudik naik travel. Kebetulan sopirnya mengambil rute selatan. Sebelum sampai terminal ada satu belokan ke kanan menuju desa saya. Jaraknya kurang lebih 20 km.

Sebelumnya saya bertanya, apa sopir bersedia mengantarkan hingga ke rumah dengan tambahan ongkos? Dia bilang mau. Saat ditanya berapa jumlah ongkos tambahan, dia jawab sepantasnya saja.

Alhasil, saat turun dari mobil travel saya serahkan 50 ribu kepada sopir. Eh, kok dia mengomel kasar. Bilang kalau sedikit banget. Blablabla.

Sungguh bikin naik darah.  Saat ditanya jumlah tidak dijawab. Saat diberi jumlah yang pantas, setidaknya menurut itungan saya, mengapa dia permalukan saya di hadapan para penumpang lainnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun