Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Pak Gubernur NTT Pasti Terinspirasi Kebiasaan Nono

3 Maret 2023   08:21 Diperbarui: 5 Maret 2023   12:00 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya ada siswa lupa bawa dasi atau keliru bawa dasi yang stripnya tidak sesuai dengan tingkatan kelasnya, orang tua atau wali diminta mengantarkannya ke sekolah. Siswa yang bersangkutan baru boleh masuk kelas kalau segalanya telah beres.

Bukankah peraturan demikian juga bisa mendisiplinkan siswa? Agar siswa terbiasa bangun awal dan senantiasa taat aturan? Sekaligus mendisiplinkan orang tua/wali siswa supaya tidak lalai memantau si buah hati.

Karena sudah remaja, bukan anak-anak lagi, siswa SMK tentulah cukup dipantau dan diingatkan. Tidak perlu sedikit-sedikit dibantu ambilkan (siapkan) ini-itu.

Terusterang saya sangat terbantu dengan peraturan tersebut. Biasalah. Anak-anak 'kan cenderung lebih takluk pada peraturan sekolah daripada peraturan emaknya.

Ketika menjadi siswa baru telah diberitahukan (disepakati) tentang hal itu. Bahkan pada tiap awal tahun ajaran baru, masing-masing siswa wajib membuat surat pernyataan siap dikeluarkan dari sekolah, jika melanggar peraturan sekian kali. Terlebih kalau sampai terlibat klitih.

Surat pernyataan itu ditandatangani siswa dan orang tua/wali siswa. Bermaterai pula.

Tatkala KBM masih daring, penegakan aturan pun sudah berjalan. Terkhusus yang berkaitan dengan ketidaktertiban dalam mengumpulkan tugas-tugas akademik. 

Kalau beberapa kali bermasalah, orang tua/wali siswa diminta datang ke sekolah. Jadi pelanggarannya daring, hukuman tetap luring.

Berdasarkan pengalaman kami pada era yang berlainan tersebut, saya pikir ide masuk sekolah pukul 5 adalah perkara latah belaka. Tujuannya memang bagus, tetapi caranya ngadi-adi. Bener tapi ra pener.

Saya sangat setuju kalau anak-anak dibiasakan bangun awal. Yang muslim agar bisa Shalat Subuh tepat waktu, lalu bertadarus Quran, kemudian belajar sebentar dilanjut persiapan ke sekolah.

Ada pula yang tidak belajar, tetapi bersih-bersih rumah. Atau, membantu orang tuanya mempersiapkan jualan terlebih dulu. Bermacam-macamlah. Tergantung kondisi masing-masing siswa dan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun