Saya tertegun. Mendadak batal iri pada kehidupan Mbak X yang senantiasa berlimpah materi.
***
Kisah-kisah di atas bukan fiksi. Semua adalah fakta. Bukan cuplikan cerita dari sebuah novel. Sedikit dari banyak kenyataan yang pernah saya jumpai, dalam kurun waktu sekian tahun belakangan.
Sengaja saya hanya menceritakan yang KDRT psikis. Bukan yang fisik. Kalau yang fisik 'kan jelas. Siapa pun dapat menyaksikannya, lalu bisa memaklumi kalau pihak yang menjadi korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) sampai memutuskan hubungan, bahkan sampai lapor ke pihak berwajib.
Sementara untuk KDRT psikis acap kali luput dari perhatian kita, padahal justru lebih mematikan. Tidak terlihat oleh orang lain, tetapi bagi korbannya terasa sangat menyiksa.
 Itulah sebabnya kita sering terkejut ketika ada pasangan suami istri tiba-tiba bercerai, padahal sebelumnya tidak pernah tampak cekcok. Mungkin mula-mula kita menduga salah satu dari mereka selingkuh. Namun, bertahun-tahun kemudian keduanya ternyata tetap memilih sendiri.
Kita bahkan mungkin melihat keduanya tetap akur walaupun tak pernah pergi/tampil berdua. Tidak pula saling menjelekkan.
Kita bertanya-tanya, "Apa yang salah? Kalau tetap berhubungan baik, mengapa dijadikan mantan? Kalau mantan, mengapa masih dibaik-baiki?"
Kemudian dengan seenaknya, kita yang tak tahu-menahu dengan pasti penyebab perceraian mereka memberikan nasihat tak masuk akal, "Sudah. Rujuk lagi saja."
Hmm. Sebaiknya hentikan upaya campur tahun seperti itu. Kalau masing-masing telah bahagia dengan kehidupannya setelah berpisah, mengapa mesti direcoki?
Mari pikirkan masak-masak. Siapa tahu mereka tidak cocok sebagai pasangan sebab yang satu merasa terintimidasi oleh yang lainnya? Atau, yang satu selalu sakit hati oleh perkataan yang lainnya?