Sebagai muslim yang sedang berusaha dicintai Allah SWT, tentu saya mesti mencintai Nabi Muhammad SAW. Sebab melalui manusia agung itulah, saya beserta seluruh kaum muslim di dunia bisa paham mengenai segala perintah dan larangan-Nya SWT.
Akhlak Rasulullah Muhammad SAW adalah cerminan isi Alquran. Jadi, Â idealnya semua muslim bisa total meneladani beliau SAW.
Namun, namanya juga manusia. Terlebih manusia yang spesifikasinya macam saya begini. Pastilah bakalan merasa banyak sekali hambatan dan tantangan untuk meneladani Nabi Muhammad SAW.
Bukannya hendak beralibi. Bukannya hendak meminta dipahami melulu atas segala kekurangan diri. Toh faktanya, saya pun senantiasa berusaha meneladani Rasulullah SAW. Semaksimal yang saya bisa.
Selain dalam hal ketaatan beribadah, saya juga berusaha meniru perilaku beliau SAW yang lemah lembut. Penuh kedamaian. Jauh-jauh dari amarah. Selalu baik kepada sesama manusia, bahkan kepada hewan dan tumbuhan.
Berhasilkah? O, tentu tidak. Terutama dalam hal mengelola amarah berupa mengomeli anak. Wah! Dalam hal ini saya paling lemah, tetapi tidak mau menyerah dong, ah. Pokoknya berusaha terus.
Saya juga sudah piawai menata hati dan jari ketika bermain medsos. Terkhusus ketika membuat sebuah postingan. Semaksimal mungkin saya memilih kalimat yang tak melukai perasaan orang lain. Sepertinya ini sesuatu yang sepele, padahal justru amat penting.
Demikian pula ketika ada warganet yang memberikan komentar julid terhadap postingan saya, saya telah cukup mahir mengendalikan emosi. Tidak serta-merta terpancing ikut julid. Rasulullah SAW 'kan tidak pernah julid?
Walaupun sesekali, sebagaimana yang saya singgung sebelumnya, saya masih tergoda untuk nimbrung gelutan online, frekuensinya sudah jauh berkurang.
Itulah beberapa cara saya dalam meneladani kekasih-Nya SWT. Bisa dicontek jika memang Anda anggap keren. Jika kurang keren, ayolah beritahukan saja supaya saya bisa memperkerennya.
Baik. Saya akhiri saja tulisan ini. Selamat merayakan Maulid Nabi 2022.