Suatu ketika saya pernah berniat menonton prosesi Kondur Gongso selengkapnya. Pastilah dengan penuh semangat. Akan tetapi, saat menunggu sultan selesai menyimak pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW, anak saya merengek pulang.
Ia pasti bosan sekali menunggu. Terlebih pada dasarnya ia tak suka keramaian. Ya sudah. Kami pulang.
Alhasil, batallah rencana melambaikan tangan kepada Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga dipanggul pulang ke kraton. Sampai sekarang saya bahkan tak pernah lagi mengulangi rencana tersebut.
Puncak Acara HUT ke-266 Yogyakarta vs Kondur Gongso
Belakangan ini di Yogyakarta sedang banyak sekali acara seru. Biasanya memang banyak, sih. Selalu ada (dan diada-adakan) acara seru. Akan tetapi, sejak Agustus 2022 lalu rasanya sungguh melimpah tiada tara.
Memasuki Oktober kian menjadi-jadi. Dalam sehari bisa dobel-dobel acaranya. Semua menarik. Sampai-sampai saya bingung mau pilih mendatangi yang mana.
Puncaknya semalam. Semalam ada dua acara puncak yang suasananya, menurut saya, saling bertolak belakang. Terasa unik dan bikin saya senyum-senyum sendiri.
Pertama, puncak acara Sekaten 2022 yang bernuansa religius. Lokasinya saja di Masjid Gedhe Kraton dan sekitarnya.
Kedua, puncak acara HUT ke-266 Kota Yogyakarta yang dirayakan melalui Wayang Jogja Night Carnival 2022, yang berlangsung di kawasan Tugu Pal Putih.
Sudah pasti suasana yang di Tugu lebih ingar bingar daripada yang di kawasan Masjid Gedhe Kraton. Berlawanan dengan suasana di puncak Sekaten yang cenderung sakral. Inilah yang saya sebut unik. Rasanya baru kali ini terjadi.
Cara Saya Meneladani Nabi Muhammad SAW