Mengapa? Karena teknik pemutaran filmnya kacau-kacau kocak. Tiap kali mau ganti CD, jedanya cukup lama. Plus tanpa kejelasan. Sampai-sampai saya sempat berpikir, "Ini rusak atau gimana, ya? Kok pemutaran film mendadak berhenti?"
Untunglah saya bersabar menunggu. Sementara sebagian besar penonton memilih keluar ruangan. Apa boleh buat? Mereka pikir pemutaran film tak bakal dilanjutkan.
Ternyata, oh, rupanya, film tetap lanjut. Jeda lama tersebut terjadi hanya karena persoalan teknis. Petugas kurang sat set sat set dalam menangani teknis pemutaran filmnya.
 Sudah begitu, kadangkala susunan pemutaran CD-nya terbalik. Yang mestinya diputar duluan malah diputar belakangan.
Seperti kalau kita baca buku dan penyusunan halamannya terbalik itu, lho. Mestinya baca halaman 7, baru 8, kemudian 9. Eh? Malah penyusunan halamannya 8 dulu, baru 7.
Sejak Tahun 2015
O, ya. Sepertinya banyak warga Yogyakarta yang belum tahu mengenai agenda pemutaran film di Museum Benteng Vredeburg. Ironis, ya? Sebab sesungguhnya, program Bioskop Museum itu sudah ada sejak tahun 2015.
Mungkin pula ada yang sudah tahu informasinya dari media sosial, tetapi belum pernah menonton sama sekali gara-gara tak paham cara beli tiketnya. Sudah begitu, tak ada pula orang yang dapat dimintai informasi.
Mestinya memang bisa mencermati akun Instagram Museum Benteng Vredeburg. Bisa juga meminta informasi detil dari adminnya. Akan tetapi, acap kali orang memang kurang cermat toh?
Cara Nonton Filmnya Gimana?
Jadi, bagaimana cara menonton film di Museum Benteng Vredeburg? Harga tiketnya berapa? Membelinya di mana? Secara daring atau luring? Harus reservasi daring dulu atau bisa beli tiket on the spot?
Caranya gampang sekali. Kita cuma perlu datang ke Museum Benteng Vredeburg, lalu beli tiket masuk untuk wisatawan domestik. Besarannya Rp3.000,00 buat pengunjung dewasa. Kalau masih anak-anak Rp2.000,00 saja.