Sore tadi ketika sedang membaca-baca berita terkini, saya menemukan sederetan berita mengenai peringatan Hari Anak Nasional 2022. Yang tahun ini mengangkat tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju".Â
Tema tersebut saya baca berulang kali. Coba saya resapi dalam-dalam maknanya.
Ingatan saya pun serta-merta melayang pada beberapa kasus menyedihkan yang menimpa anak-anak Indonesia. Plus yang melibatkan anak-anak sebagai pelaku kasus. Saya sungguh-sungguh merasa prihatin.
Kemudian saya membaca pernyataan Presiden Jokowi dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional 2022.Â
"Semua kalangan harus melindungi dan memenuhi hak anak demi masa depan bangsa."Â
Yup! Sudah pasti saya setuju sekali dengan pernyataan presiden itu. Saya pun sangat setuju dengan pernyataan Presiden Jokowi yang berikut ini.Â
"Setiap anak punya cita-cita dan impian masa depannya sendiri. Kita hanya perlu memastikan anak-anak Indonesia tetap terlindungi, terpenuhi hak-haknya, bergembira, tumbuh sebagai manusia yang berjiwa merdeka dan menjadi bagian dari kemajuan bangsa."Â
Hmm. Oke, oke. Semua pernyataan Presiden Jokowi memang benar adanya. Tidak ada yang salah sama sekali.Â
Akan tetapi, mau tidak mau harus diakui kalau itu kondisi idealnya. Mestinya. Teorinya.Â
Praktiknya bagaimana?Â
Faktanya, pada tataran praktiknya masih terlalu banyak kalangan (termasuk orang tua kandung si anak), yang belum memenuhi hak anak. Plus belum melindungi sepenuhnya.Â
Tentu saja hal tersebut menjadi PR besar bagi kita. Seluruh komponen bangsa. PR-nya pun untuk diselesaikan. Dituntaskan hingga ketemu solusi tepatnya.Â
Secara bersama-sama. Saling bersinergi di antara pihak-pihak terkait. Tak perlu saling menyalahkan.Â
*****
Selepas membaca-baca berita mengenai peringatan Hari Anak Nasional 2022, saya kemudian beralih ke Facebook.Â
Ealah. Kok ya kebetulan yang pertama kali saya jumpai adalah unggahan menyedihkan dari seorang teman. Ia menulis begini.Â
"Kado pedih di hari anak nasional. Untuk anak-anak miskin kota.Â
Hari ini mendadak mendapat kabar bahwa farm baru yang belum sempat diresmikan akan digusur oleh pemerintah desa setempat dan dibangun waterboom dengan investor *** silakan cari tahu sendiriÂ
(alat berat sudah di lokasi). Dst ....".Â
Penulis unggahan tersebut seorang teman yang peduli pada pendidikan anak-anak miskin kota. Tak sekadar peduli, ia bahkan telah mendedikasikan hidupnya untuk mengajar dan mendidik anak-anak tak beruntung itu.Â
Ia dan beberapa orang mendirikan sekolah nonformal (gratis) sekaligus farm. Di farm itu mereka memelihara kambing. Tujuannya diternakkan untuk dijual. Kotorannya pun diolah sebagai pupuk.Â
Itulah cara mereka mencari dana untuk membiayai operasional sekolah gratis tersebut. Jadi, tidak semata-mata mengandalkan uluran tangan para donatur.Â
Namun, apa boleh buat? Karena lokasi farm selalu hanyalah pinjaman, lagi-lagi mereka kena gusur. Bahkan, kali ini tanpa pemberitahuan jauh-jauh hari.Â
Adilkah? Bijaksanakah?
Ironisnya kok ya bertepatan dengan Hari Anak Nasional. Merampas hak anak untuk belajar, pada waktu anak-anak mestinya bergembira ria merayakan hari mereka. Oh! Betul-betul menyedihkan.
*****
Tertegun saya membaca unggahan perihal penggusuran farm tersebut. Baru saja saya membaca pernyataan indah dari presiden. Eee, kok langsung di depan hidung tersuguh fakta kontradiktifnya.Â
Kejadiannya pun di Jogja, yaitu sebuah kota yang berpredikat sebagai kota pelajar. Hmm.
Seketika terngiang lagi pernyataan Presiden Jokowi dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional 2022.Â
"Semua kalangan harus melindungi dan memenuhi hak anak demi masa depan bangsa."Â
Yeah? SEMUA KALANGAN, lho.Â
Baiklah. Selamat Hari Anak Nasional 2022. Terlepas dari semua ironi dan kontradiksi yang mengiringinya.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H