Iya, penuh. Saya tak menyangka kalau ternyata banyak orang yang seide dengan kami. Malah berwisata ke Titik Nol pada saat Lebaran.
Setelah celingukan sekali lagi, akhirnya saya menemukan tempat yang tidak begitu panas untuk duduk. Kurang nyaman, tetapi ya mau bagaimana lagi? Sudah begitu di dekatnya ada polisi dan penjaga keamanan lain.
Tak ada pilihan. Jadi, saya berusaha cuek ngejogrok di situ sampai duo partner in crime tiba.Â
Lagi pula, rupanya para penjaga keamanan tidaklah rewel. Bukan tipe yang dikit-dikit nyuruh khalayak menjauh dari area pita kuning. Enjoy dan santuy pokoknya.
Mungkin para penjaga itu malah senang ditemani masyarakat sehingga tidak merasa gabut. Tingkah polah masyarakat umum 'kan dinamis (baca: ajaib) selama menunggu kemunculan Pak Jokowi.
Ada yang duduk terpekur seperti kepikiran utang negara. Ada pula yang sembari bercanda dengan anak balitanya. Yang terbanyak pastilah yang menunggu sembari pepotoan, baik saling motret dengan temannya maupun berswafoto.
Nah 'kan? Sejauh pengamatan saya tatkala itu tak ada wartawan, reporter, fotograger, ataupun content creator yang pepotoan. Kalau kompasianer sih, ada. Di bawah ini buktinya. Hahaha!
Kalau dipikir-pikir, sungguh setia anggota P3J itu. Terutama yang dari kalangan rakyat biasa. Bisa-bisanya tahan menanti sesuatu yang tak pasti. Kemunculan Pak Jokowi tidak tentu jamnya, lho. Sementara fitrah menunggu adalah membosankan.
Namun berbekal rumusan  bahwa dunia penuh kemungkinan,  manusia pun menjadi wajib berikhtiar demi meraih cita-citanya. Jika ingin memiliki sesuatu atau berhasil  mencapai/melakukan sesuatu ya wajib berusaha. Termasuk kalau ingin melihat Pak Jokowi dari dekat. Harus ikhlas menunggu kesempatan.