Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Yuk, Jalankan 6 M Lagi Demi Menangkal Varian Omicron

10 Desember 2021   09:15 Diperbarui: 10 Desember 2021   09:32 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang tak bermasker. Ada yang bermasker, tetapi maskernya tak dipakai dengan benar. Lalu, terlalu banyak yang berkerumun dan jelas tidak menjaga jarak. Kalaupun ada yang hendak menjaga jarak, tetap akan kesulitan. Terutama kalau berjalan di emperan toko-toko Malioboro di mana PKL aneka suvenir berada. 

Kebetulan Sabtu malam lalu dalam perjalanan pulang, saya mesti berjalan kaki melintasi bagian selatan Malioboro dan kawasan Titik Nol. Sudah mlipir-mlipir mencari jalan yang agak sunyi, tetap saja di banyak area tak bisa menghindar sama sekali dari kerumunan. 

Kok ya kebetulan tak terlihat satu petugas pun yang konon disiagakan untuk mengawal penegakan prokes 6M. Kalau ada, minimal 'kan bisa menertibkan pemakaian masker. Mau tak mau kondisi tersebut bikin skeptis. Saya pun makin skeptis ketika tiba di perempatan Titik Nol. 

Wah! Lumayan kacau balau situasi di situ. Berbagai macam kendaraan bermotor serta becak  dan delman, berebut jalan dengan orang-orang yang hilir mudik menyeberang jalan dari dan akan ke Malioboro. 

Yang bikin "takjub", bus-bus pariwisata yang besar-besar ikut nimbrung memenuhi jalan. Membuat bertanya-tanya, "Lho? Kok ada bus besar masuk kota? Kabarnya belum boleh?" 

Alhasil sembari duduk sekian lama di tepi jalan, menunggu saat tepat untuk menyeberang jalan, berulang-ulang saya bergumam, "Neraka kemacetan tatkala liburan telah kembali normal rupanya. Pandemi sudah dilupakan." 

Perlu diketahui, area jantung kota Yogyakarta itu memang dijuluki "neraka tatkala liburan". Tentu gara-gara macetnya yang enggak ketulungan.

Sebagai warga lokal yang berdomisili mepet Titik Nol Yogyakarta, terjebak kehirukpikukan turisme adalah sebuah keniscayaan. Hanya saja, kehirukpikukan tersebut terasa mencemaskan ketika berlangsung selama pandemi Covid-19 begini. 

New Normal, Bukan Old Normal 

Sepertinya banyak yang salah paham dengan arti new normal, kenormalan baru. Mereka terlalu fokus dengan "normal"-nya dan melupakan "new"-nya. Jadi, pakai masker yang mestinya merupakan salah satu perilaku new normal, cenderung sering diabaikan.

Apa boleh buat? Banyak orang yang menganggap new normal adalah kembalinya era old normal. Dalam arti, kembali normalnya cara kehidupan secara tepat persis seperti sebelum pandemi. Itulah sebabnya ketika jumlah kasus Covid-19 menurun, PPKM dilonggarkan, fenomena abai terhadap prokes 6 M tak terhindarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun