Dalam perjalanan Yogyakarta-Solo dengan Pramex itu, sesampainya di Stasiun Purwosari saya bahkan lupa dengan "revolusi" tersebut. Begitu turun dari kereta, saya berniat mampir ke angkringan langganan 12 tahun silam. Saya kaget karena lokasinya kini menjadi lokasi ruang tunggu. Namun, kekagetan itulah yang kembali menyadarkan saya bahwa telah terjadi evolusi.
Sudah pasti angkringan langganan saya itu digusur. Lokasinya memang di tengah-tengah teras stasiun dan amat dekat dengan loket tiket. Strategis, tetapi membuat semrawut.
Dahulu sembari menunggu Pramex jurusan Yogyakarta, saya dan teman-teman biasa nongkrong di situ. Bisa mengisi perut yang lapar sepulang kerja, sembari mengawasi kereta api yang datang dan pergi dengan jelas saking dekatnya. Tentu saja setelah ada evolusi yang dipimpin Pak Jonan, kondisinya menjadi jauh lebih bersih. Dilengkapi dengan fasilitas untuk mengisi baterai ponsel pula.
Richard Trevithick dan George StephensonÂ
Tentu saja saya tidak melupakan jasa Richard Trevithick dan George Stephenson. Kedua orang Inggris inilah yang menjadi cikal bakal eksistensi moda transportasi kereta api. Beberapa abad silam. Namun, saya juga menyadari bahwa sebelum kedua orang ini, sesungguhnya telah ada orang-orang lain yang merintis hadirnya kereta api.
Harus diakui bahwa sejarah kereta api beserta para tokoh penemunya adalah sesuatu yang bersifat dinamis dan komplementer. Penemuan awal disempurnakan penemuan berikutnya, demikian seterusnya hingga sampai pada bentuk kereta api yang modern seperti sekarang. Namun menurut saya, Richard Trevithick dan George Stephenson  adalah dua nama yang paling pantas disebut ketika membicarakan asal muasal kereta api.
Richard Trevithick yang masa hidupnya dari 13 April 1771-22 April 1833 adalah seorang penemu dan insinyur pertambangan. Saat kecil prestasi akademiknya tak cemerlang. Akan tetapi, ketika dewasa ia bermetamorfosis menjadi seorang pelopor transportasi darat berbahan bakar uap (termasuk mobil dan kereta api).
Kontribusi terbesar Richard Trevithick adalah mesin uap bertekanan tinggi pertama di dunia. Dialah orang pertama yang membangun sistem lokomotif uap yang dimanfaatkan sebagai pengangkut batu bara di kawasan pertambangan. Lokomotif uap karya Richard Trevithick inilah cikal bakal penciptaan lokomotif yang lebih modern di kelak kemudian hari.
Di balik kepintarannya, Richard Trevithick ternyata punya sifat mudah tersinggung dan tidak sabaran dalam mengelola bisnis. Meskipun sukses memperoleh hak paten atas lokomotif uap bertekanan tinggi tersebut, pada tahun 1811 ia justru mengalami kebangkrutan.
Richard Trevithick sempat meninggalkan Inggris demi mencari peruntungan di Amerika pada tahun 1816. Namun, pada tahun 1827 ia kembali ke Inggris dalam kondisi bangkrut hingga akhir hayatnya.
Yang menyedihkan, ia bahkan menjadi saksi atas kesuksesan George Stephenson yang pandai memaksimalkan manfaat dan keuntungan dari penemuan-penemuannya.