Boleh-boleh saja jika memang diperlukan. Namun tentunya, tidak boleh banyak-banyak. Tipis-tipis sajalah citarasa asin atau manisnya. Jangan keseringan juga. Bukankah selain dari gula, rasa manis bisa diperkenalkan melalui madu atau aneka buah yang manis?
Tak Ada Blender, Parut pun Jadi
Tak perlu berkecil hati bila di rumah tak ada blender atau alat penghalus makanan elektronik. Be creative. Cukup amanlah jika di dapur tergantung indah alat pemarut kelapa atau pemarut keju (yang manual). Pakai saja alat tersebut. Itu yang dahulu saya lakukan.
Wortel bisa diparut halus dengan alat pemarut kelapa jika hendak diambil sarinya. Demikian pula jagung manis dan ubi/singkong yang hendak dibuat bubur. Kentang rebus pun saya haluskan dengan alat pemarut kelapa. Adapun aneka buah bertekstur lunak seperti pepaya, melon, dan semangka tanpa biji bisa diparut dengan alat pemarut keju.
Alpukat dan pisang malah bisa dihaluskan hanya dengan ditekan-tekan dengan sendok. Prinsipnya, yang penting tingkat kehalusannya aman dan nyaman untuk bayi atau batita.
Berikan MPASI Secara Bertahap
Mengapa MPASI mesti diberikan secara bertahap? Tentu agar bayi tidak kaget. Bagaimanapun bayi perlu dilatih atau dibiasakan dengan rasa dan tekstur makanan.Â
Jangan lupakan fakta bahwa selama 6 bulan hidup di dunia fana, si bayi cuma minum susu. M-i-n-u-m. Mengisi perut dengan cairan. Bukan makanan. Dengan demikian, perlu adaptasi dulu sebelum kita suapi dengan MPASI yang lebih padat teksturnya.
Seperti yang saya lakukan dahulu. Mula-mula memberikan bubur sangat encer. Lambat-laun tingkat kekentalannya saya tambah hingga mencapai kekentalan yang normal untuk ukuran bubur.
Dalam hal jumlah juga begitu. Ketika pertama kali memberikan MPASI, saya hanya menyuapkan beberapa sendok kecil. Lama-kelamaan jumlah suapan saya tambah dan akhirnya, semangkuk kecil bubur pun sanggup dihabiskan si bayi.
Memberikan MPASI sekaligus Mengajari Adab Makan