Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

MPASI Mesti Bernutrisi, Bervariasi, dan Diberikan Bertahap

10 Juli 2021   22:11 Diperbarui: 11 Juli 2021   05:27 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi MPASI anak| Sumber: Thinkstockphotos via Kompas.com

Topik pilihan tentang MPASI ini seolah-olah mengajak saya bernostalgia. Betapa tidak? Saat menyusun tulisan ini, mau tidak mau saya sembari terkenang pada momentum ketika pertama kali memberikan MPASI kepada anak.

Namanya juga pertama kali. Pastilah ada deg-degannya. Khawatir si bocah menolak MPASI yang saya suapkan. Khawatir si bocah tak bisa menelan MPASI yang sudah berada di mulutnya. 

Plus sederet kekhawatiran lainnya. Walaupun sebelumnya saya telah belajar (mempersiapkan diri semaksimal mungkin), tak urung ketika berpraktik ada overthinking-nya juga.

Syukurlah semua berjalan lancar. Bayi saya tidak menolak bubur encer yang saya suapkan ke mulut mungilnya. Ia pun lancar-lancar saja menelannya.

***

Protein dan Sayuran yang Dapat Dijadikan MPASI

Saya meyakini bahwa semua jenis protein dan sayuran bisa digunakan sebagai bahan MPASI. Sejauh protein dan sayuran tersebut tidak bercitarasa ekstrem, saya yakini bakalan aman-aman saja. Yang wajar sajalah kalau memasak MPASI. Tak perlu bereksperimen dengan membuat jus pare atau smoothie paprika segala.

Kunci pemilihan bahan-bahan untuk MPASI adalah mengandung nutrisi, segar, dan berkualitas tinggi. Bahan protein dan sayuran itu pun perlu diolah sedemikian rupa hingga cocok bagi bayi dan anak batita (bawah tiga tahun). 

Cocok di sini dalam arti tidak membuat syok lidah dan alat pencernaan bayi. Jadi, MPASI seyogianya tidak keasinan atau kemanisan atau kepedasan atau bertekstur terlalu keras.

Yang mengonsumsi MPASI itu baru belajar makan lho, ya. Dengan demikian, indra pengecap rasa dan sistem pencernaannya sedang dalam proses adaptasi.

Apakah boleh menggunakan garam dan gula? 

Boleh-boleh saja jika memang diperlukan. Namun tentunya, tidak boleh banyak-banyak. Tipis-tipis sajalah citarasa asin atau manisnya. Jangan keseringan juga. Bukankah selain dari gula, rasa manis bisa diperkenalkan melalui madu atau aneka buah yang manis?

Tak Ada Blender, Parut pun Jadi

Tak perlu berkecil hati bila di rumah tak ada blender atau alat penghalus makanan elektronik. Be creative. Cukup amanlah jika di dapur tergantung indah alat pemarut kelapa atau pemarut keju (yang manual). Pakai saja alat tersebut. Itu yang dahulu saya lakukan.

Wortel bisa diparut halus dengan alat pemarut kelapa jika hendak diambil sarinya. Demikian pula jagung manis dan ubi/singkong yang hendak dibuat bubur. Kentang rebus pun saya haluskan dengan alat pemarut kelapa. Adapun aneka buah bertekstur lunak seperti pepaya, melon, dan semangka tanpa biji bisa diparut dengan alat pemarut keju.

Alpukat dan pisang malah bisa dihaluskan hanya dengan ditekan-tekan dengan sendok. Prinsipnya, yang penting tingkat kehalusannya aman dan nyaman untuk bayi atau batita.

Berikan MPASI Secara Bertahap

Mengapa MPASI mesti diberikan secara bertahap? Tentu agar bayi tidak kaget. Bagaimanapun bayi perlu dilatih atau dibiasakan dengan rasa dan tekstur makanan. 

Jangan lupakan fakta bahwa selama 6 bulan hidup di dunia fana, si bayi cuma minum susu. M-i-n-u-m. Mengisi perut dengan cairan. Bukan makanan. Dengan demikian, perlu adaptasi dulu sebelum kita suapi dengan MPASI yang lebih padat teksturnya.

Seperti yang saya lakukan dahulu. Mula-mula memberikan bubur sangat encer. Lambat-laun tingkat kekentalannya saya tambah hingga mencapai kekentalan yang normal untuk ukuran bubur.

Dalam hal jumlah juga begitu. Ketika pertama kali memberikan MPASI, saya hanya menyuapkan beberapa sendok kecil. Lama-kelamaan jumlah suapan saya tambah dan akhirnya, semangkuk kecil bubur pun sanggup dihabiskan si bayi.

Memberikan MPASI sekaligus Mengajari Adab Makan

Bersiap memberikan MPASI (idealnya) bersiap pula untuk mengajarkan adab makan kepada si bayi. Kelak seiring bertambahnya usia, niscaya adab makan yang konsisten diajarkan sejak dini akan tertanam kuat pada diri si bayi.

Bagaimana caranya? Begini. Setelah makanan siap, persiapkan si bayi untuk makan. Bersihkan (cuci) tangannya. Walaupun disuapi, ada kemungkinan ia bakalan ikut memegang-megang makanannya. Atau, seenaknya saja ia memasuk-masukkan tangan ke mulut yang penuh makanan.

Kemudian ajak ia duduk di satu tempat yang nyaman. Ruang makan dan meja makan tentu merupakan pilihan paling ideal. Yang penting, jangan biasakan bayi makan sembari berjalan-jalan sekalipun berjalan-jalannya di dalam rumah.

Selanjutnya, ucapkan doa sebelum makan. Walaupun belum mampu menirukan dan belum paham, si bayi akan merekam pembiasaan mulia ini. Percayalah bahwa ia paham aktivitas tersebut. Kelak saat usianya bertambah besar, mulai bisa bicara lancar, Anda akan takjub karena ia sudah sanggup menghafalnya.

Ketika Bayi Melakukan GTM terhadap Suatu Menu

Tak perlu panik jika bayi menolak menu tertentu. Tinggal ingat-ingat saja bahwa ia tak mau menu tersebut. Jadi lain kali, jangan memberinya menu yang ditolaknya itu. Santuy saja. Yang dewasa saja boleh menolak menu tertentu, kok. Bersikaplah adil. Jangan diskriminatif. Bayi juga punya selera makan tersendiri.

Misalnya ia melakukan GTM (Gerakan Tutup Mulut) saat disuapi bubur beras berlauk telur rebus, tahan diri untuk tidak naik darah. Jangan berusaha menjejal-jejalkan suapan ke mulut mungil kesayangan Anda. Itu termasuk KDRT, lho. Lagi pula, tindakan tersebut tidak solutif.

Walaupun menu yang ditolaknya menurut kita amat bernutrisi dan lezat, jangan sekali-sekali dipaksa. Bisa-bisa nanti ia malah trauma makan. Kenapa mesti dipaksa? Toh masih banyak sumber nutrisi lain yang sejenis. Sebagai contoh, telur bisa diganti dengan taburan keju parut atau suwiran tipis ikan.

Kalau hendak membiasakannya agar mau mencicipi menu yang ditolaknya tersebut dikit-dikit, beri jeda waktu yang panjang. Jangan dalam hitungan hari. Atur-aturlah dengan kreatif sehingga bayi tetap merasa nyaman saat menikmati MPASI.

Ingatlah bahwa sekali bayi trauma makan, kacau balaulah saat-saat makan seterusnya. Bahkan, seumur hidup. Cukup berbahaya.

Variasikanlah Menunya

Selain tidak suka dengan MPASI yang diberikan, GTM bisa juga terjadi karena si bayi merasa bosan dengan menu yang itu-itu melulu. Dahulu ada anak tetangga yang nafsu makannya baik, namun lambat-laun malas-malasan untuk makan. Bahkan, akhirnya melakukan GTM.

Setelah diusut penyebabnya, ternyata bocah tersebut bosan dengan menu blenderan nasi, sayuran, dan hati ayam kampung. Orang tuanya tersadar ketika si bocah mendadak kembali baik nafsu makannya, saat disuapi bubur sumsum.

Blenderan nasi, sayuran, dan hati ayam kampung memang bergizi tinggi. Akan tetapi, tentu membosankan untuk dikonsumsi tiap hari. Lebih dari itu, bayi pun butuh protein dari bahan MPASI yang lain. Tidak melulu dari hati ayam kampung.

Jangan sekadar mengejar nutrisi. Pertimbangkan pula variasi menunya. Kita yang dewasa saja bisa merasa bosan pada satu menu 'kan? Jadi, orang tua--terkhusus ibu--mesti piawai berkreasi membuat menu MPASI sesuai usia dan kegemaran bayi. 

Untuk memudahkan dan memantik ide, pakai saja buku panduan pemberian MPASI. Sekarang buku-buku serupa itu banyak tersedia di toko buku.

Buku Panduan MPASI (Dokpri)
Buku Panduan MPASI (Dokpri)
Resep MPASI yang Jadi Favorit Sampai Sekarang 

Ada satu MPASI yang hingga kini masih jadi favorit anak saya, yaitu kue wortel. Resepnya tidak mencontek dari buku resep. Hanya memodifikasi dari resep kue yang telah saya ketahui. Tepatnya modifikasi yang lahir sebab rasa sayang (membuang bahan makanan).

Kronologinya begini. Sekali seminggu saya meminumkan sari wortel ke anak. Berhubung sari wortel dibuat dengan cara memarut wortel secara manual, lalu disaring dengan cara menekan-nekannya dengan sendok di atas saringan, ampasnya pun tak bisa kering benar. Masih banyak sarinya. Terlalu sayang jika dibuang begitu saja. Jadi, lebih baik dibikin kue. Bahan dan caranya sebagai berikut.

KUE WORTEL

Bahan:

Ampas dari kg wortel yang sarinya telah diminumkan kepada bayi

Telur satu butir

Terigu protein tinggi kurang lebih 2 ons (atau sesukanya)

Daun pandan secukupnya

Cara Membuat:

Siapkan/panaskan panci untuk mengukus

Kacau-kacaukan telur hingga mengembang

Masukkan terigu protein tinggi secara bertahap (sambil tetap dikacau-kacaukan telurnya)

Masukkan ampas wortel dan aduk rata

Masukkan ke cetakan-cetakan kecil tahan panas

Kukus dalam panci yang telah dipanaskan

Pematangan kurang lebih 25 menit

Catatan;

Kue wortel ini sudah cukup manis meskipun tak ditambahi gula atau pemanis apa pun. Namun, kadar kemanisannya sangat tergantung pada kualitas wortel yang dipakai. Makin segar dan manis wortelnya, tentu akan makin manis citarasa kue wortelnya.

Pastikan Halal dan Thayyib

Pastikan MPASI yang Anda berikan kepada buah hati halalan thayyiban. Halal dan thayyib. Dalam arti, bahan-bahannya halal dan dibeli dengan duit yang juga halal. Adapun thayyib atau baik berarti tidak membahayakan kesehatan si buah hati.

Mohon pahami bahwa tidak semua bahan makanan yang halal itu serta-merta thayyib. Udang misalnya. Sumber protein hewani tersebut memiliki kandungan nutrisi yang bagus. Akan tetapi, bagi bayi atau batita yang alergi terhadapnya. Tentu menjadi tidak thayyib. Tidak mendatangkan faedah, tetapi malah memunculkan kemudaratan.

***

Demikian pengalaman saya dalam memberikan MPASI kepada buah hati. Saya harap dapat bermanfaat dan menginspirasi Anda yang sedang menjadi pejuang kreativitas MPASI.

Salam.

*Diolah dari berbagai sumber dan berdasarkan pengalaman pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun