Secara teoretis pengeluaran selama Ramadan lebih sedikit daripada pengeluaran pada hari-hari biasa. Penyebabnya, kita hanya makan 2 kali dalam sehari, yaitu saat sahur dan buka. Sementara pada hari-hari di luar Ramadan, makan dilakukan 3 kali sehari atau malah lebih. Belum lagi kalau masih tergiur jajan-jajan ini itu.
Namun praktiknya, selama Ramadan kita justru keluar lebih banyak uang. Jangan lupa. Selain biaya makan, kita perlu memperbanyak sedekah meskipun jumlahnya tentu disesuaikan dengan batas kemampuan finansial masing-masing. Bila memiliki anak, terutama yang masih kecil, butuh pula membeli baju Lebaran. Lalu, kue-kue Lebaran beserta ketupat dan lontong opor pun mesti disiapkan sebelum Ramadan habis. Belum lagi kalau mesti menyediakan ongkos mudik segala.
Nah, lho. Bukankah semuanya butuh uang? Kalau uang yang tersedia melimpah ruah tentu tak jadi soal. Lain cerita jika uang yang ada di tangan pas-pasan. Pasti lumayan bikin puyeng.
Dahulu saya berada di barisan puyeng tersebut. Namun dari Ramadan ke Ramadan, akhirnya saya menemukan sejumlah tip untuk melibas kepuyengan tersebut. Berikut adalah tip-tip yang saya maksudkan.
1. Bikin Perencanaan Seusai Lebaran
Segala sesuatu memang butuh direncanakan secara matang jika ingin hasilnya baik. Termasuk dalam hal mengatur keuangan selama Ramadan. Hmm. Jangan berpikir saya salah ketik. Itu memang benar "seusai Lebaran". Maksudnya seusai Lebaran tahun sebelumnya. Jadi, Ramadan yang sedang kita jalani pengaturan keuangannya mesti dimulai sejak usai Lebaran tahun lalu.
Kok lama banget? Iya, dong. 'Kan supaya tidak gedubrakan bila hari H tiba. Lebih dari itu, kalau perencanaan mulai dibuat seusai Lebaran, kita masih ingat betul pos-pos apa saja yang mesti dibiayai selama Ramadan berlangsung.
2. Tindak Lanjuti Perencanaan dengan MenabungÂ
Misalnya kita merencanakan mudik, ikut menyumbang takjil untuk buka bersama di masjid, membuat/membeli kue-kue Lebaran, memasak ketupat opor di ujung Ramadan, dan membeli baju Lebaran. Maka kita mesti menyiapkan empat tabungan.
Cara menabungnya bebas. Besarannya sesuai dengan kondisi masing-masing. Kalau saya selama ini mempergunakan sistem kenclengan. Memanfaatkan kaleng atau botol bekas sebagai celengan. Sengaja diletakkan di tempat yang mudah dijangkau dan dilihat sehingga selalu ingat untuk mengisinya. *Kalau sudah terkumpul lumayan banyak, tabungan buat mudik saya hitung dan catat jumlahnya, lalu disimpan di bank.*
Jika memungkinkan, tabungan tersebut tiap hari rutin diisi dengan jumlah tertentu. Untuk pos yang pembiayaannya paling besar, isilah dengan lebih rajin dan lebih banyak. Jika tidak sanggup, ya suka-suka saja. Pokoknya dibikin santuy dan dinikmati prosesnya. Yang penting jangan sampai lupa kalau punya target menabung untuk keperluan Ramadan. Inilah sebabnya perencanaan beserta tindak lanjutnya (yaitu menabung) perlu dibikin seawal mungkin supaya kita tak gedubrakan.
3. Belanja Keperluan Lebaran Sebelum Ramadan
Saat Ramadan jelang Lebaran, harga barang mulai naik. Maka lebih baik berbelanja keperluan Lebaran, terutama keperluan nonpangan, sebelum Ramadan. Selain harga belum naik, strategi belanja begini tidak membuat kita kehilangan banyak waktu berharga selama Ramadan.
Kita mafhum bahwa Ramadan merupakan bulan mulia yang penuh keistimewaan. Ada banyak ampunan dan pahala yang disediakan Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya. Maka idealnya, Ramadan diisi dengan memaksimalkan ibadah. Terutama ketika sudah dekat dengan Lebaran.
Jadi, kalau keperluan Lebaran sudah tersedia jauh hari sebelumnya, kita dapat lebih fokus untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat ukhrawi selama Ramadan. Karena sudah menabung, dana pasti telah tersedia. Tak perlu menunggu THR cair dulu 'kan?
4. Tidak Berlebihan Menyediakan Menu Buka dan SahurÂ
Setelah seharian menahan lapar dan dahaga tentu normal kalau saat berbuka kita menginginkan hidangan yang istimewa. Silakan saja asalkan tidak berlebihan, baik dari segi jumlah maupun frekuensi. Jangan lupa, rumusan menu buka dan sahur yang benar adalah yang memenuhi standar nutrisi. Bukan yang mahal dan lezat.
Kalau anggota keluarga banyak, sangat mungkin masing-masing menginginkan satu menu khusus untuk berbuka. Walaupun dana tersedia untuk memenuhi semua keinginan tersebut dalam satu waktu, sebaiknya pemenuhannya dijadwal. Bergantian tiap hari. Hari ini memenuhi keinginan A, esok hari keinginan B, dan seterusnya.
Selain itu, memasaklah dengan jumlah yang pas. Jangan sampai kurang atau berlebihan. Demikian pula kalau membeli lauk matang atau jajan. Tak usah lapar mata dan berbelanja secara impulsif meskipun uang tersedia.
Poinnya adalah bijak mempergunakan uang. Berlebihan menyediakan menu buka dan sahur sama dengan bersikap boros. Namanya saja berlebihan. Jadi, pasti akan ada sisa  makanan.
Kalau hal demikian terjadi terus-menerus, berarti kita menjadi penimbun limbah makanan. Menjadi umat yang hobi memubazirkan makanan. Berarti teman setan. Berarti mengkhianati semangat Ramadan. Maka di sini, perencanaan menu menjadi hal yang mutlak diperlukan.
5. Menutup Potensi KemubaziranÂ
Tips nomor 5 ini sangat berkaitan dengan tips nomor 4. Jika konsisten tidak berlebihan dalam menyediakan makanan untuk berbuka dan sahur, pengeluaran kita tentu tak bakalan membengkak. Bisa berhemat sekaligus menutup potensi kemubaziran.
Potensi kemubaziran dapat juga ditutup dengan bersikap fleksibel terhadap dinamika situasi dan kondisi menu perbukapuasaan kita. *Duileee. Sungguh terlalu nganu istilah yang saya pakai.*
Maksudnya begini. Meskipun rencana menu untuk buka dan sahur telah kita susun rapi, tetaplah bersikap fleksibel. Tak perlu ragu untuk mengkhianatinya jika tiba-tiba datang hantaran makanan dari tetangga atau kerabat. Kalau hantaran datang sebelum kita memasak/membeli makanan, ya jangan nekad untuk memasak/membeli hanya karena menunya bukan menu yang kita inginkan. Tundalah keinginan itu untuk sementara waktu. Utamakanlah sikap solutif. Konsumsi dahulu makanan yang telah ada. Tujuannya jelas, yaitu menutup potensi pemubaziran.
***
Selama ini dari Ramadan ke Ramadan, baik sedang cukup uang maupun sedang masa paceklik, inilah tip mengatur keuangan yang saya jalankan. Siapa tahu sesuai pula untuk Anda praktikkan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H