Sebagaimana halnya Bujang (tokoh utama Pergi) yang mewarisi darah hitam dari sang ayah dan darah putih dari sang ibu.
Dalam Pergi, pada akhirnya Bujang dikisahkan meletakkan jabatannya sebagai Tauke Besar Keluarga Tong. Rupanya setelah sekian lama ia merasa lelah dan hampa.
Setelah melewati sekian banyak peristiwa bersama salah satu dari keluarga shadow economy itu, Bujang memutuskan "pergi". Berhenti dari hiruk pikuk persaingan dunia yang telah membesarkan namanya. Ya. Bujang pergi untuk menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya. Yang sebenarnya telah dicari-carinya.
Yeah .... Bagaimanapun Pergi telah kembali mengingatkan saya untuk tak serta-merta menghakimi seseorang terkait dengan perilaku dan perbuatannya.
Terlebih jika tidak tahu pasti apa alasannya melakukan perbuatan tersebut. Sepintas lalu bisa jadi perbuatannya tampak jahat dan buruk. Tapi siapa tahu ada misi mulia yang melatarbelakanginya? Iya 'kan?
Jangan lupa. Selalu ada potensi malaikat dan potensi iblis dalam diri manusia. Dan, keduanya pasti senantiasa bertarung untuk saling mengalahkan. Bisa jadi hari ini seseorang yang jahat bakalan menjadi super baik di kemudian hari. Atau sebaliknya, seseorang yang alim malah berakhir sebagai manusia jahat.
Meskipun kesalahan ketik atau typo-nya lumayan bikin gemas, secara umum kesan saya positif terhadap buku ini. Meskipun pula, saya agak kesulitan dalam memahami latar belakang para tokoh ceritanya. Maklumlah. Pergi merupakan sekuel dari Pulang. Sementara saya belum membaca Pulang.
SPESIFIKASI BUKU
Judul: Pergi
Penulis: Tere Liye
Co-author: Saripuddin
Penerbit: Republika Penerbit
Tahun Terbit: 2018
Ukuran Buku: 13, 5 x 20,5 cm
Tebal Buku: iv + 455Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H