bersinergis dengan kehidupannya yang berlatar belakangÂ
pesantren, perannya sebagai seorang kyai, aktivitasÂ
politiknya dalam pergerakan kemerdekaan IndonesiaÂ
melalui NU dan nilai strategisnya yang memberikan banyak sekali inspirasi untuk santri-santrinya. Dalam kesempatan ini, makalah yang disajikan penulis berusaha fokus kepada peran kebangsaan dan keumatan KH Hasyim Asyari khususnya berkaitan dengan Resolusi Jihad yang mampu menggerakkan ulama, santri dan rakyat Indonesia mengusir penjajah Inggris dan Belanda dari bumi Indonesia.
Dalam lingkungan pesantren, terutama pesantren NUÂ
ketiga fungsi itu sejatinya melekat dalam konsep AhlusÂ
Sunnah Wal Jamaah (ASWAJA). ASWAJA ini memilikiÂ
beberapa prinsip fundamental seperti tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazzun (seimbang) dan taaddul (keadilan) Prinsip ini merupakan pijakan dasar sehingga lahir produk pemikiran keagamaan yang memiliki fleksibilitas sehingga mudah dijalankan secara baik oleh pengikutnya (Munawir, 2016) Sejak dulu sampai sekarang nilai mendasar itu terbukti mampu bertahan dan beradaptasi dengan baik dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Islam tradisional yang memadukan ajaran agama dan kearifan lokal mampu bersinergi dengan baik sehingga masyarakat mudah melakukan penerimaan dengan baik.Â
Jika merunut masa awal kelahirannya, pesantren memang ditujukan sebagai tempat belajar ilmu agama Islam. Ini sudah mulai terjadi sejak Wali Songo mendirikan pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional untuk menyebarkan agama Islam. Pesantren dianggap efektif untuk transfer pengetahuan sekaligus nilai positif ajaran Islam yang mengacu kepada Al-Quran, Hadist dan kesepakatan para ulama yang sudah teruji kesalihan dan kedalaman ilmu agamanya.Â
Tapi dalam perkembangannya santri tidak dibatasi pengetahuan agama semata, melainkan juga diajarkan mengenai prinsip dan paham kebangsaan sebagai bekal untuk berkhidmat kepada bangsa dan negara kelak. Pada titik inilah dapat dikatakan nasionalisme kaumÂ
santri tumbuh subur dan memegang peranan besar dalam mencapai cita-cita Indonesia merdeka. Pesantren menjadi asset melatih kecerdasan spritualitas sekaligus membangun kesadaran kolektif sebagai manusia politik, yang berpolitiknya mengarah kepada cita-cita persatuan umat Islam dan kemerdekaan bangsa Indonesia.