Penelitian terakhir Pusat Penelitian Arkeologi Nasional tahun 2013 di utara kawasan situs Kota Kapur. Areal ini tampaknya dahulu merupakan rawa belakang yang berada kurang dari satu kilometer dari Selat Bangka. Â
Saat ini kawasan  sudah mengalami sedimentasi sehingga menjadi daratan yang luas. Sebagian lahan dijadikan perkebunan sawit dan sisanya menjadi semak belukar yang cukup rapat.  Salahh satu aliran sungai yang melewati areal ini adalah sungai Air Pancur yang bermuara di Selat Bangka.Â
Dan, di aliran Sungai Pancur inilah penggalian arkeologi dilakukan, dengan membuka 11 kotak ekskavasi seluas 30 meter persegi. Selama penggalian berlangsung, aliran sungai terpaksa dipindahkan terlebih dahulu karena itu jauh lebih mudah dibanding membendung aliran sungainya (dan itu tentunya mustahil). Penggalian baru menampakkan hasilnya yakni sisa dermaga kuna, setelah menggali hampir sedalam 110-140 cm dari permukaan tanah sekarang. Â
Sebuah dermaga kuna yang diusung oleh dua deretan tiang kayu nibung (Oncospermatigilarium) [1] yang mengarah dari timur ke barat. Â Jarak antar tiang cukup rapat sekitar 20 - 30 cm. Â
Jika dihitung, panjang seluruh deretan tiang kayu ini mencapai  panjang 6.7 meter dengan lebar sekitar 1 meter. Di ujung barat deretan tiang nibung ini terdapat susunan lantai kayu yang dibuat dari gelondongan kayu pelangas (aporoso aurita) yang dijajarkan timur-barat sebanyak lima buah. Â
Untuk memperkuat susunan lantai kayu gelondongan agar tidak goyang maka pada masing masing kayu ditancapkan tiang-tiang kayu dan pada beberapa bagian kayu terutama sisi utara diikat dengan tali ijuk. Â
Tampaknya susunan lantai kayu ini adalah tempat pijakan pertama orang setelah turun dari kapal, lalu melalui jembatan sepanjang 6.7 meter menuju daratan.
[2] dan sisa candi yang dipertanggalkan 532 M (Dalsheimer dan Manguin tt, 14). Dengan demikian jelas bahwa dermaga tersebut merupakan bagian dari kelengkapan komponen permukiman di situs Kota Kapur pada masa lalu.
Dalam konteks hubungan Sriwijaya dan Bangka, maka temuan sisa dermaga kuna  ini dapat dilihat sebagai indikasi adanya pelabuhan pendukung (feeder point) bagi kadatuan Sriwijaya. Pelabuhan pendukung merupakan pusat perdagangan lokal kecil yang melayani entrepot-entrepot dan pusat pengumpulan komoditas di tingkat regional yang penting.Â
Pelabuhan ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk menampung beberapa jenis komoditas tertentu yang hanya dapat ditemukan di wilayah dekat dengan pelabuhan pendukung. Â Â