Mohon tunggu...
Agustijanto Indrajaya
Agustijanto Indrajaya Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog

tinggi 160 cm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temuan Dermaga Kuna Masa Sriwijaya di Bangka

11 Agustus 2018   00:07 Diperbarui: 11 Agustus 2018   03:20 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sisa Dermaga Kuna | dok. pusat penelitian arkeolog nasional

Berbeda dengan pelabuhan utama (entreport) maka pelabuhan pendukung lebih mendekati sumber sumber komoditas tersebut diperoleh.   Pelabuhan pendukung ini biasanya memiliki ciri sebagai tempat asal komoditas diperoleh dan dibangun di pertemuan sungai atau di muara sungai karena dianggap sebagai tempat paling strategis.

Posisinya sebagai pelabuhan pendukung ini juga relevan, karena sampai saat ini masyarakat lokal di Bangka masih mengingat wilayah Kota Kapur sebagai pelabuhan benteng Kota Kapur (Koestoro dkk,1994:64), kenyataan lapangan menunjukkan situs Kota Kapur ini memang dikelilingi oleh benteng tanah sepanjang hampir 1.5 KM di sebelah selatan, timur dan barat. 

Bahkan di sisi timurlaut ditemukan dua lapis benteng tanah hampir setinggi 4 meter sedangkan sisi utara yang berhadapan dengan Sungai Mendo diduga sebagai areal yang cocok untuk pelabuhan.

[1] Nibung (nibung) adalah tanaman asli Indochina dan Asia Tenggara, yang tinggal di dataran rendah, biasanya hutan pantai dengan air payau di ketinggian 0-50 meter di atas permukaan laut. Log sering digunakan sebagai tiang dan lantai rumah nelayan karena mereka tahan terhadap payau dan air laut (Tim Penyusun, 2004:127-128)

[2]  Cukup banyak pendapat para ahli tentang kronologis dari arca Wisnu Kota Kapur di antaranya M,Stutterheim (1937) yang memasukkan arca ini berasal dari abad ke-7 M , Satyawati Suleiman (1980) dan Edi Sedyawati (1963) menyebutkan arca Wisnu Kota Kapur  berasal dari abad ke-6 sementara Suheimi (1979), P.Y.Manguin dan Dalsheimer memberi pertanggalan sekitar abad ke 6/7 , dan Stanley J.Connor (1971) cenderung memasukkan dalam periode  650-800 (Trimarhaeni S.B.1997:26)

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun