Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) adalah dengan pembentukan Komunitas Belajar (Kombel).
Karena  pentingnya Kombel, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengajurkan pembentukan komunitas belajar di setiap satuan pendidikan.
Keseriusan pemerintah tersebut dituangkan dalam surat edaran Dirje GTK Kemdikbudristek nomor 4263/B/HK.04.01/2023. Dalam surat edaran ini disampaikan bahwa setiap satuan pendidikan harus memiliki komunitas belajar dalam sekolah yang berpusat pada pembelajaran murid dengan siklus inkuiri.
Sehingga, pada umumnya satuan pendidikan khususnya di Kota Palopo telah memiliki komunitas belajar dalam sekolah. Terkhusus untuk sekolah penggerak, Komunitas Belajar menjadi salah satu materi lokakaryanya.
Kami yang tergabung dalam sekolah penggerak angkatan 3 (SMPN 3 Palopo, SMPN 11 Palopo, SMPN 12 Palopo, dan SMPN 1 Bastem), baru saja telah membahas materi "Komunitas Belajar dalam kegiatan Lokakarya Komunitas 1.Â
Lokakarya yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 Februari 2024 sangat berkesan dan penuh makna. Fasilitator kami, Bapak Suardi, S.Pd.,M.Pd. menyampaikan materi dengan baik. Ia banyak mengajak kami berdiskusi tentang cara membangun dan mengaktifkan komunitas belajar dalam sekolah.
Komunitas belajar (Kombel) dalam sekolah sangat penting sebagai wadah untuk menciptakan kolaborasi dan belajar bersama antar GTK, serta bersepakat bahwa pendidikan bagi semua murid merupakan tanggung jawab kolektif, bukan tanggung jawab perorangan.
Sebagai tanggung jawab kolektif, maka setiap kegiatan kombel juga sangat perlu dihadiri oleh semua GTK. Di dalam kombel, semua GTK adalah orang-orang yang sama pentingnya dalam peningkatan hasil belajar peserta didik.
Wadah kolaborasi GTK dalam sekolah ini tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan membangun budaya belajar bersama yang berkelanjutan di dalam lingkungan sekolah.
Tidak dipungkiri bahwa mengaktifkan komunitas belajar menjadi tantangan besar bagi setiap satuan pendidikan. Terkadang ada kombel dalam sekolah, namun kurang aktif, kalau aktif, benarkah kegiatannya mengarah pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Berikut cara yang bisa ditempuh untuk mengaktifkan kombel dalam sekolah. Strategi ini, juga menjadi hasil diskusi kami di kegiatan lokakarya terbut. Apa saja strateginya?
1. Â Mengidentifikasi masalah
Umumnya pendidik memiliki masalah atau kendala dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut bisa saja berupa strategi pembelajaran, keaktifan belajar peserta didik, penilaian, pengelolaan kelas, dan lain-lainnya terkait dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Di dalam komunitas belajar dalam sekolah, pendidik menyampaikan semua masalah tersebut. Peserta kombel tidak perlu ragu menyampaikannya karena masalah yang mereka hadapi adalah masalah bersama. Masalah yang muncul pada satu orang, bisa saja sama yang dialami oleh guru yang lain. Sehingga, membutuhkan kesamaan persepsi dalam menentukan masalah yang dianggap prioritas. Kegiatan ini, juga disebut sebagai kegiatan refleksi awal dalam siklus kombel.
Pendidik dalam menyampaikan refleksi, sebaiknya tidak perlu menyampaikan kesuksesannya atau hal positif dalam mengelola pembelajaran sebagai langkah awal. Mereka cukup fokus menyampaikan permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran karena tahap ini adalah tahap untuk menentukan masalah prioritas yang selanjutnya akan dianalisis.
2. Â Analisis masalah
Masalah yang telah ditentukan dan menjadi sangat penting untuk diselesaikan, selanjutnya dianalis bersama dalam komunitas belajar. Peserta kombel perlu menganalisis penyebab terjadinya masalah tersebut. Mereka perlu menelusuri akar masalah yang dihadapi oleh pendidik.
Analisis akar masalah ini penting agar pendidik secara bersama-sama dapat merumuskan tindakan-tindakan yang konkret. Lagi-lagi akar masalah yang dirumuskan menjadi keputusan bersama sehingga menjadi tanggungjawab bersama pula.
3. Â Strategi permasalahan
Pada tahap ini, pendidik perlu merumuskan kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi akar masalah tadi. Di sinilah tempatnya peserta kombel menyampaikan pengalaman-pengalaman positif atau praktik baik mereka dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran.
Kemungkinan banyak ide yang bagus dari peserta kombel terutama dari guru-guru senior. Mereka perlu menyampaikan berbagai cara mengatasi akar masalah tersebut, sehingga lahirlah kesepakatan bersama dalam bentuk rencana kegiatan kombel.
Kegiatan-kegiatan yang perlu dibahas dalam kombel lahir dari kesepakatan bersama di tahap ini. Peserta kombel perlu mengidentifikasi kegiatan atau rencana tindakan yang dapat dilaksanakan dalam kombel. Kegiatan ini pula sebaiknya akan menjadi program pada kegiatan komunitas belajar dalam sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas, sebaiknya ditentukan bersamaan dengan fasilitator atau penanggungjawabnya masing-masing. Setiap pendidik perlu mengambil peran sebagai fasilitator kombel. Kegiatan yang dirumuskan bersama sebaiknya dapat ditangani oleh pendidik di sekolah masing-masing. Jika, materi kegiatan tidak dapat diampu oleh peserta kombel, berulah diadakan kegiatan lain seperti seminar, webinar, IHT, atau Workshop.
Strategi tersebut dapat dilaksanakan di masing-masing sekolah dengan mengutamakan prinsip kolegalitas, yaitu kesetaraan. Ketika kombel berlangsung, semua peserta memposisikan diri sebagai teman belajar. Semua orang yang hadir dalam kombel posisinya sama, yaitu sama-sama mau belajar.
Di dalam kombel, kita juga perlu memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal kita. Misalnya saja di daerah kita, sulawesi selatan, ada filosofi Sipakatau (saling menghormati), Sipakalebbi (saling menghargai), dan Sipakainge (saling mengingatkan). Nilai-nilai tersebut dapat menjadi semangat tersendiri untuk menciptakan kolaborasi dan budaya belajar yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H