Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yesus, Manusia Ateis dan Gagal?

27 Maret 2018   08:30 Diperbarui: 27 Maret 2018   09:19 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: katolisitas.org

Terlebih lagi setelah para murid mengalami apa yang disebut "menerima Roh Kudus", mereka berubah menjadi orang yang jauh lebih cerdas, lebih teguh dan lebih berani dengan pendirian akan iman terhadap Yesus.

Sejarah menuliskannya, mereka rela mati demi membela dan mengabarkan Injil ke semua orang yang dijumpai di penjuru bumi. Mereka terus mewartakan Yesus Sang Firman yang karena kasihnya, merendahkan diri menjadi manusia dan mengorbankan diri untuk mati di kayu salib demi menebus dosa manusia.

Melalui pewartaan para murid, terungkap bahwa sejak kesalahan manusia pertama Adam, sehingga membuatnya terusir dari 'Eden', ternyata saat itu juga Dia telah mempunyai rencana untuk membawa keturunan Adam kembali menyatu denganNya.

Adalah Dia, yang selama ribuan tahun menyamarkan kedatangannya melalui nubuatan para nabi. Dia sejatinya adalah Anak Domba Agung yang disamarkan melalui ritual korban domba sebagai penebusan dosa.

Semua manusia berdosa dan tidak pantas di hadapan Dia, dan sebagai yang maha adil, selayaknyalah manusia dihukumNya. Namun, sebagai maha pengampun, Dia akan berkenan menghapus dosa manusia bila ada tebusan yang layak. Hal ini agar tidak bertentangan dengan sifat keadilanNya.

Tebusan yang layak demi penghapusan dosa manusia adalah juga dari manusia yang suci dan tidak berdosa.  Akan tetapi, semua manusia tidak layak menjadi tebusan, karena mereka juga harus menanggung dosanya sendiri.

Karena tidak ada mahluk apapun termasuk manusia yang bisa menjadi tebusan dosa, maka dengan kasihNya, Dia sendiri yang datang ke dunia, menjadi manusia, dan rela berkorban untuk menjadi tebusan dosa.

Dengan demikian, manusia tidak perlu lagi melakukan ritual korban domba berulang-ulang, karena Dia yang akan menggantikan korban domba. Dengan begitu, korban penebusan dosa manusia cukup dilakukan sekali, tuntas dan selamanya.

Dia yang ateis telah mengajarkan pemahaman akan makna penebusan dosa, dari Dia yang maha adil, maha kasih dan maha ampun.

Melalui Dia sebagai korban penebusan dosa, yang diterima oleh Dia sendiri, untuk kemudian dijadikan dasar bagi Dia berkenan mengampuni dosa setiap manusia yang percaya. Dengan demikian pengampunanNya dan kasihNya tidak bertentangan dengan keadilanNya.

Bagaikan sebutir biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati, agar bisa bertumbuh dan berbuah melimpah, begitu juga Dia yang harus mati di kayu salib, agar berbuah rahmat melimpah. Kematiannya sebagai penebus dosa, dan kebangkitanNya sebagai pemersatu kembali manusia ke dalam kasihNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun