Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran Hakiki Tidak Masuk di Akal, Bisa Dirasakan

16 Maret 2017   14:36 Diperbarui: 16 Maret 2017   14:53 3606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah big bang akan terus diyakini sebagai sebuah kebenaran? Jawabannya tentu saja tidak. Big bang bukanlah akhir dari jawaban tentang terciptannya alam semesta ini. Saya percaya bahwa pada beberapa decade mendatang akan muncul kebenaran ilmiah baru tentang alam semesta ini. Apalagi saat ini sudah muncul teori Multi Universe, yang mengatakan bahwa ada banyak alam semesta lain di luar yang kita kenal ini.

Selain itu, muncul fakta bahwa berkembangnya alam semesta ini, kecepatannya melebihi kecepatan cahaya. Jadi, bintang atau galaxy yang sekarang masih bisa diamati, suatu saat akan hilang tidak bisa diamati, karena cahaya dari bintang atau galaxy tersebut tidak pernah akan sampai ke bumi lagi. Maka muncul teori bahwa alam semesta baru muncul, lahir dari alam semesta yang kita kenal ini.

Kebenaran Hakiki Tidak Masuk di Akal, Bisa Dirasakan

Jadi, kebenaran menurut akal manusia akan selalu terus berubah dan berkembang. Akal manusia tidak akan bisa menemukan kebenaran mutlak yang hakiki. Hal in disebabkan kebenaran yang dihasilkan oleh akal dan pikiran adalah kebenaran yang diperoleh melalui kemampuan indera dan intelektualitas alamiah manusia, tanpa bantuan anugerah supranatural. Artinya, informasi yang didapat melalui pengamatan inderawi terhadap alam, kemudian diinterpretasi secara intelektual oleh manusia untuk menghasilkan kebenaran yang relatif sifatnya.

Sementara itu pencarian kebenaran hakiki, yang identik dengan pencarian Tuhan itu sendiri, selain menggunakan akal dan pikiran, juga harus menggunakan ‘hati nurani’. Justru hati nurani lebih berperan dalam pencarian kebenaran hakiki ini.

Seperti diketahui, selain tubuh, manusia juga mempunyai jiwa. Alat dari jiwa adalah otak manusia, yang meliputi unsur pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir untung rugi dan mencari solusi dari suatu permasalahan. Dengan perasaan, manusia dapat mengasihi, membenci dan marah. Dengan kehendak, manusia dapat memilih baik dan buruk.

Akal budi adalah kehendak manusia untuk memilih hal yang baik dan buruk. Hati nurani adalah kehendak manusia untuk selalu memilih yang baik dan benar. Oleh sebab itu, Kebenaran Hakiki yang adalah Tuhan sendiri yang maha besar, tidak akan muat dimasukan ke dalam akal manusia yang sangat kecil. Namun, dengan kehendakNya, Tuhan bersedia hadir dan masuk ke dalam ruang hati nurani manusia.

Kebenaran hakiki adalah sumber salah dan benar. Di dalamNya tiada salah dan tiada benar, karena keduanya sudah melebur jadi satu. Kebenaran hakiki juga adalah sumber dari segala pengetahuan, di mana akal dan pikiran adalah salah satu cabangnya. Maka dari itu, Kebenaran hakiki tidak bisa dipikirkan, namun bisa dirasakan.

Penutup

Manusia tidak perlu lagi memaksakan pikiran dan akalnya mencarai jawaban apa, bagaiman dan di mana Kebenaran Hakiki? Seperti apa, bagaimana dan di mana Tuhan?

Yang diperlukan adalah pencarian jawaban dari pertanyaan bagaimana cara merasakan kehadiran Tuhan, yang adalah Sang Kebenaran Sejati dalam diri kita, sekaligus meresapinya dan menjadikan sandaran hidup sehari-hari? Dan jawabannya adalah dengan  mendengar dan menuruti suara hati nurani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun