"Halo Niro ... Dio ... apa kabar?, lama kita tak berjumpa ya?" sapa peri Vio
"Hai peri Vio ... apa kabar juga?. Kami baik-baik saja," jawab Niro dan Dio hampir bersamaan.
"Sepertinya kalian sedang berbicara serius ya? Tadi aku mendengarkan pembicaraan kalian dari atas pohon," kata Peri Vio sambil tersenyum.
"Oh, biasalah Peri Vio, aku selalu menjadi bahan ejekan Niro. Dia bilang dialah yang paling hebat, sedang aku tidak ada apa-apanya di banding dia. Memang aku akui, jika tubuhku tidaklah sekuat Niro," kata Dio, wajahnya terlihat sedih.
"Lho, aku kan bicara jujur. Akulah yang paling hebat dibanding dia. Bukan begitukan Peri?" tanya Niro membela diri.
"Ya ... aku telah mendengarkan pembicaraan kalian berdua. Aku belum bisa mengatakan jika Niro lebih hebat. Perlu pembuktian," jawab Peri Vio.
"Pembuktian yang bagaimana?" Tanya Dio
"Ya, apa yang perlu aku buktikan jika akulah yang paling hebat" tanya Niro penasaran.
"Aku akan menjawab pertanyaan kalian berdua di ujung jalan setapak ini. Kalian maukan ikut dengan ku sampai di ujung jalan ini?" kata Peri Vio
"Oke, kita jalan sama-sama saja ya Peri," kata Niro dan Dio.
" Ya, Aku akan berada di belakang kalian. Silahkan kalian berdua jalan duluan," kata Peri vio. Ia terbang di belakang Niro dan Dio. Tangan mungilnya memegang tongkat ajaib.