Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Konflik Rusia-Ukrania, Bisakah Kita Salahkan Gorbachev?

13 Maret 2022   08:49 Diperbarui: 15 Maret 2022   07:43 2016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka tak heran muncul berbagai ketidakpuasan dari berbagai pihak. Mereka dari kelompok konservatif dengan keras mengecam pembaharuan yang dilakukan Gorbachev. 

Di sisi lain, kelompok moderat dan radikal, menggunakan angin ini untuk lebih bebas dalam bergerak. Walhasil pada tanggal 25 Desember 1991, Uni Sovyet pun dibubarkan.

Hasil dari perpecahan ini, Uni Sovyet saat itu menjadi 15 negara merdeka. Dan yang lebih mengerikan lagi, perpecahan ini kemudian menjadi pemicu lepasnya negara-negara Eropa Timur yang selama ini menjadi negara binaan Moskow. Dimulai dari Jerman Bersatu, negara-negara di kawasan Eropa Timur pun berbondong-bondong melepaskan diri dari ikatan Moskow.

Dampak ini ternyata belum seberapa. Kerugian terbesar Uni Sovyet justru adalah dalam peran mereka dalam percaturan dunia. Jika mereka dahulu mampu menjadi negara penyeimbang Amerika Serikat. 

Negara yang selalu mampu mengerem laju hegemoni Amerika Serikat, sejak saat itu tidak lagi. Langkah bergabungnya beberapa negara sekutunya menjadi anggota NATO, menjadi tamparan yang luar biasa buat mereka, terutama Rusia.

Kemarahan Putin

Berdasarkan uraian di atas, maka langkah Putin menyerang Ukraina, bisa jadi berkaitan dengan sejarah kelam di atas. Putin adalah salah satu tokoh Rusia yang sangat kecewa dengan perpecahan dalam tubuh Uni Sovyet. Bahkan dalam suatu kesempatan, dia mengatakan runtuhnya Uni Sovyet merupakan bencana geo politik terbesar di abad ke-20.

Jelas di sini bahwa Putin tampak ingin kembali menunjukkan "kewibawaan" Rusia kembali. Putin mungkin saja tengah mencoba menyusun kembali puzzle itu, kepingan negara Uni Sovyet yang menjadi berantakan gegara pembaharuan Gorbachev. 

Kedekatan Ukraina dengan NATO, dianggapnya sebagai bentuk penghinaan dan anggapan remeh terhadap wibawa Rusia sebagai pewaris Uni Sovyet.

Tindakan Putin dengan menyerang Ukraina, bisa juga dipakai sebagai alat untuk mengukur nyali negara-negara Barat. Keterlibatan negara-negara Barat secara aktif dalam konflik ini, justru ditunggu oleh Rusia. 

Sebab keterlibatan mereka secara aktif, dapat dipastikan akan memperluas skala peperangan. Masalah menang atau kalah, tampaknya tidak penting bagi Rusia.

Lembah Tidar, 13 Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun