Kondisi yang demikian membuat anak-anak penderita thalasemia itu harus bertahan hidup dengan kondisi yang lemah dengan kondisi Hb yang rendah. Banyak anak yang datang dari luar Kota Banda Aceh untuk berobat dalam kondisi yang sangat lemah akibat kekurangan Hb.
“kendala mereka hanya karena biaya transportasi untuk pergi ke Banda Aceh tidak ada. Sehingga banyak anak-anak yang sudah lemah saat ditransfusi,” beber Nunu.
Jika Hb mereka hanya tinggal tiga, maka warna mereka sudah mulai kuning dan pucat. Perut dan limpanya membesar. Bahkan, kata Nunu, ada anak yang dibawa ke rumah sakit ketika Hb nya tinggal satu.
“Kemarin waktu lebaran Idul Adha ada anak yang masuk dengan Hb nya satu. Tapi tidak selamat,” ujar Nunu.
Untuk menghindari thalasemia, dr Ridwan menghimbau untuk pasangan yang akan menikah untuk mengecek darah agar mengetahui ada tidaknya gen pembawa talasemia. Menurut penelitian, lanjutnya, banyak kasus talasemia banyak timbul akibat perkawinan sedarah.
“Jika tetap kawin boleh. Tapi jangan punya anak, kalau punya anak, maka resiko terkena thalasemia cukup besar,” tutupnya.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H