Halimah mencari Bagas ke setiap sudut rumah, tapi anak itu tak ditemukan juga. Wanita itu panik mencarinya, ia takut jika perkataan nenek tua itu benar. Saat ini keselamatan keluarganya benar-benar terancam. Waktu sudah menjelang malam, Bagas masih belum pulang sampai sekarang. Halimah menangis dalam dekapan suaminya, ia begitu khawatir dengan keadaan anaknya.Â
Suara kentongan dan teriakan warga menggema, tapi keberadaan Bagas masih belum ditemukan. Halimah terus berdoa di dalam hati, semoga ia segera kembali bersama anaknya. Darto bertanya pada Pak Sugimin mengenai keberadaan Bagas, tapi bapak itu memiliki gelagat mencurigakan. Sehingga Darto dan warga memutuskan memeriksa rumahnya. Ternyata Pak Sugimin yang telah menculik Bagas, bapak itu pun ditangkap dan dibawa ke rumah kepala desa.
Di sana Pak Sugimin menceritakan semuanya, bahwa dulu ibunya adalah orang terkaya sekampung Dadhap. Ibunya menjadi janda setelah suaminya meninggal, suaminya telah dijadikan tumbal untuk pesugihan sang ibu. Pesugihan genderuwo yang meminta tumbal dan sesajen di malam jumat kliwon. Kebun mangga itu telah dijaga oleh genderuwo, sampai akhirnya sang ibu meninggal karena dijadikan tumbal juga. Pak Sugiminlah yang meneruskan pesugihan itu, bahkan hampir menjadikan Bagas sebagai tumbal selajutnya.
Setelah kejadian itu, Pak Sugimin dimasukkan ke dalam penjara. Sementara Darto dan keluarganya memilih untuk pindah dari kontrakan itu. Kontrakan yang mereka tinggali memang sudah tidak aman, beruntung mereka masih diberikan keselamatan oleh Tuhan. Halimah berharap setelah mereka pindah, tak ada kejadian yang mengganggu keluarganya lagi. Semoga tak ada lagi orang yang berpikiran untuk melakukan pesugihan, karena masih banyak pekerjaan halal yang bisa dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H