"Tolong!!!" teriaknya meminta pertolongan, tapi tiada seorang pun yang mendengarnya.
Halimah berhasil menyusul pocong itu, Bagas masih berada dalam cengkeramannya. Ia gemetar, melihat pocong dengan matanya yang merah dan wajah berlumur darah. Namun, ia tidak boleh menyerah untuk mendapatkan Bagas kembali.
"Lepaskan anakku!" pinta Halimah, keringatnya bercucuran karena berlari tadi.
"Tidak akan." Suaranya parau dan menggertak Halimah untuk mundur.
"Kalau kamu tidak mau, maka akan kubuat kamu menyerah!"
Halimah membaca ayat kursi, meskipun tenggorokannya terasa tercekat. Ia berusaha sekuat tenaganya, air matanya menetes. Hantu itu pun melepaskan Bagas, lalu pergi entah kemana. Mungkin ketakutan dengan ayat suci. Bagas pun digendong oleh Halimah, wanita itu merasa bersyukur bisa kembali bersama anaknya.
Rupanya semua itu hanyalah mimpi. Halimah terbangun dari tidurnya, ia lalu melangkah ke dapur untuk memasak makanan. Wanita itu masih memikirkan mimpinya semalam, mimpi itu seolah kenyataan. Ia berpikir ada yang aneh dengan rumahnya, ada sebuah misteri yang menyelimutinya.
***
Halimah masih melipat baju, sementara suaminya masih belum pulang malam itu. Malam terasa sunyi dan dingin, bulu kuduk Halimah tiba-tiba meremang. Hingga sebuah suara mengejutkan wanita itu. Suaranya seperti seorang nenek memanggilnya, Halimah pun mendekat ke arah suara itu.
"Kemarilah Nduk!"Â
Halimah pun duduk di dekatnya, nenek itu masih belum memperlihatkan wajahnya. Rambutnya yang putih dan panjang menutupi pandangan. Nenek itu membawa tongkat dan menunduk ke bawah, Halimah masih menunggu nenek itu untuk berbicara. Namun, nenek tua itu masih diam tanpa bersuara sedikitpun.