Mohon tunggu...
Agussalim Paradeden
Agussalim Paradeden Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Agussalim Paradeden dilahirkan di Bajo, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 1 september 1996. Menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri Bajo (2008), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Soromandi (2011) dan SMAN 3 Kota Bima (tamat tahun 2014). Melanjudkan studi di Strata 1 Universitas Muhammadiyah Makassar Konsentrasi Pendidikan Seni Rupa. Penulis sekarang aktif di beberapa organisasi, di antaranya Anggota Himpunan Mahasiswa Islam(HMI), Anggota BEM FKIP Unismuh Makassar, Anggota HIMASERA UMM, KOPA (Bima-Dompu-Makassar).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Aku" Masih Hidup

1 September 2018   08:06 Diperbarui: 1 September 2018   09:52 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku Masih Hidup (Gambar Pribadi)

Kemarin Aku lupa bahwa besok akan datang hari baru. Bahkan Aku pun lupa, setiap saat waktu berlalu selalu teringat sisa tawa dan sedikit kejengkelan dalam hidup.

Bolehkah aku mendefinisikan sesuatu dengan belajar?

Kemarin adalah belajar, Hari ini adalah belajar, dan besok adalah belajar.

"Aku belajar bahwa Aku harus memilih, apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diriku."

"Aku belajar, bahwa Aku punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti Aku harus kejam dan berlaku bengis. Bukan berarti pula melihatmu dengan sebelah mata saja. Kedua sisimu adalah bukti bahwa saat ini dan esok Engkau masih hidup."

Jika seorang Albert Camus bercerita tentang Krisis Kebebasan, justru hari ini aku sedang menuliskan syair-syair kebebasan itu. Buktinya, aku sedang bergembira dengan pikiranku sendiri.

Sedikit sarapan untuk menu bercerita pagi, baru saja aku tamat membaca buku yang judulnya 1001 ungkapan cinta yang ditulis oleh Wiratmoko. Buku yang menarik hasratku sehingga tak sadar Aku terbuai sampai tidak ada satu baitpun tersisa.

Salah satu ungkapan dari cinta menurut definisi buku itu adalah "hidup tanpa cinta menjadi hampa rasanya."

Ungkapan yang sedikit menggelikan perutku sehingga aku tertawa. Hahahaha (Sedikit lelucon untuk pembaca yang baik hati)

Pernahkah engkau mengungkap cinta itu kepada seorang perempuan? Atau sebaliknya perempuan pada laki-laki.

Ketahuilah, pada saat itu engkau sedang menghianati dirimu sendiri. Mencabik kata yang sudah tersusun rapi hingga menjadi kehancuran. Sungguh miris.! lebih miris lagi bila alasan itu terpolesi dengan kata "kesadaran", yang justru saat itu dirimu sendiri sedang tidak sadar!

Lantas, apakah harus bungkam dengan kata! Ataukah bersembunyi di semak bunga yang indah?

Hey, sadarlah...! justru saat ini aku sedang mengajarkanmu tentang kebebasan itu. Kebebasan yang melebihi paket data internet yang selalu membatasi kita... huummmm (ndak nyambung dikit tak apalah, hehehe)

Atau, maukah engkau belajar menikmati seduhan kopi di pagi hari? Tapi dengan syarat, ingatanmu harus kau fungsikan bahwa tidak semua orang menikmati kopi...

Oke... sebelum aku memulai, izinkah aku bertanya satu hal. Apakah menurutmu diam itu emas?

Coba simak Hikmah dari kata ini, "Seseorang yang tidak mengetahui sesuatu permasalahan itu sepatutnya adalah diam dan tidak ikut-ikutan berbicara, karena hanya akan menimbulkan kesalahpahaman dan memperuncing permasalahan yang ada sehingga semakin menambah perbedaan dan bahkan perpecahan."

Jika engkau sepakat maka mengangguklah. Jika tidak, coba ulangi sekali lagi. Dan bila sampainnya tidak paham juga... berarti engkau telah gagal dalam belajar.

Maka bukan alasan lagi jika Ku taruhkan jari manisku untuk kata ini, yang pada akhirnnya akan ku ucap untuk segenggam harapan, bahwa aku masih hidup. Selamannya...

Sekian dulu ya. InsyaAllah Tulisannya akan dilanjutkan dengan waktu yang tidak ditentukan. hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun